Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Kualitas Udara 4 Kota di Sumatra sudah Berbahaya

Cornelius Eko Susanto
14/9/2015 00:00
Kualitas Udara 4 Kota di Sumatra sudah Berbahaya
(ANTARA/NOVAL WAHYUDI)
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan kualitas udara pada empat kota di Sumatera sudah masuk katagori ‘berbahaya’ bagi kesehatan. Pasalnya, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di kota-kota tersebut sudah jauh di atas 300 psi.

Kota-kota dengan cemaran kualitas udara berkatagori ‘berbahaya’ akibat dari bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah, Pekanbaru dengan ISPU mencapai 984 psi, Palembang 550 psi, Siak 467 psi, dan Dumai 464 psi.

Sedangkan dua kota di Kalimantan, masuk katagori ‘sangat tidak sehat’, yaitu Banjarbaru dengan 449 psi dan Pontianak dengan 307 psi.

“Udara di kota-kota tersebut berbahaya bagi kesehatan saat terhirup sampai beberapa jam tertentu,” sebut kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, lewat surat elektronik yang diterima, hari ini.

ISPU adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara an bagaimana dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. Semakin tinggi nilai ISPU maka semakin tinggi tingkat pencemaran dan semakin berbahaya dampaknya terhadap kesehatan.

ISPU terbagi dalam 5 kategori yaitu <50 (sehat), 51-100 (sedang), 101-199 (tidak sehat), 200-299 (sangat tidak sehat), dan >300 (berbahaya).

Lebih jauh Sutopo menambahkan, cemaran udara yang buruk dapat menyebabkan sejumlah penyakit seperti, iritasi mata, batuk, dahak dan sakit tenggorokan. Berdasarkan catatan BNPB, ribuan masyarakat di lokasi bencana asap telah menderit penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Misalnya di Riau 14.566 jiwa, Sumsel 22.855 jiwa, dan Kalsel 53.442 jiwa.

Sebelumnya bahaya cemaran udara akibat asap bagi kesehatan juga telah disampaikan Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto.

Berdasarkan data kasus penyakit dampak bencana asap per 4 September, disebutkan, di Riau terdapat total 12.633 kasus penyakit akibat asap. Rinciannya, kasus ISPA mencapai 10.133 kasus, pneumonia 311, asma, 415, iritasi mata 689 kasus dan iritasi kulit mencapai 10.850 kasus.

Di Kalimantan Tengah, tercatat ada 9.634 kasus ISPA, dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Palangkaraya dengan presentase mencapai 2.409 kasus.

Sedangkan jumlah kasus ISPA sampai dengan Juli di Sumatera Selatan mencapai 298.673 kasus. Di Jambi, sampai Agustus, terdapat 214.227 kasus ISPA dengan kasus terbanyak berada di Kota Jambi sebanyak 76.245.

Kasus ISPA di Kalimantan Barat, tercatat paling banyak berada di Kota Pontianak, yang hingga Agustus telah mencapai 1.219 kasus.

“Bila ISPU sudah mencapai d atas 200, kita rekomendasikan ke Dinas Pendidikan agar anak-anak tidak perlu sekolah karena berbahaya bagi kesehatan,” sebut Achmad.

Jarak pandang


Tidak hanya sudah menimbulkan kondisi berbahaya bagi kesehatan, kabut asap akibat karhutla telah menyebabkan jarak pandang di sejumlah kota menjadi memendek lantaran tertutup kabut asap.

Menurut Sutopo, berdasarkan catatan BNPB secara umum di Sumsel, Jambi dan Riau jarak pandang 80-800 m. Di Pekanbaru 200 m, Rengat 70 m, Dumai dan Pelalawan 50 m, Jambi 700 m, dan di Palembang 800 m.

Sedangkan jarak pandang di Kalimantan 100-600 m. Di Pontianak 600 m, Ketapang 600 m, Sintang 300 m, Nanga Pinoh 500 m, Pangkalan Bun 500 m, Sampit 300 m, Palangkaraya 400 m, Sanggu-Buntok 100 m, dan Banjarmasin 220 m.

Selain itu, berdasarkan pantau Satelit Terra dan Aqua pada Senin (14/9) pukul 05.00 WIB, sejumlah titik api (hotspot) di Sumatra mencapai 1.143 titik, yaitu di Bengkulu 13, Jambi 234, Lampung 69, Riau 78, Sumbar 25, dan Sumsel 724.

Sedangkan hotspot di Kalimantan berjumlah total 266 titik, yaitu Kalbar 26, Kalsel 74, Kalteng 164, dan Kaltim 2. (Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik