Penyintas Kanker Anak Dirikan Komunitas untuk Tularkan Semangat

Indriyani Astuti
16/10/2018 15:35
Penyintas Kanker Anak Dirikan Komunitas untuk Tularkan Semangat
(thinkstock)

NATARUNI Setianingsih, 34, didiagnosa leukemia pada 1996 lalu saat usianya 12 tahun. Leukemia merupakan salah satu kanker yang paling banyak diderita pada anak. 

Natarini menuturkan banyak anggapan ketika sudah terkena kanker, anak-anak tidak bisa bertahan. Padahal, hal itu tidak benar. Anak-anak masih dapat sembuh dari kanker apabila mendapatkan penanganan dan pengobatan sejak awal.

Perempuan yang kini bekerja sebagai sektaris journal of cancer di Rumah Sakit Kanker Dharmais itu bercerita, diagnosis kanker pada anak memang tidak mudah sebab anak-anak cenderung tidak bisa mengungkapkan yang mereka rasakan.

"Ketika saya terkena leukemia, tanda-tandanya pucat, demam, diberikan obat pereda demam sebentar agak reda tetapi kembali demam. Dibawa ke dokter, dikatakan Malaria. Akhirnya ibu saya memutuskan membawa ke dokter spesialis penyakit dalam," tutur Natarini dalam acara diskusi media 'Kenali Gejala Dini Kanker pada Anak' di Kementerian Kesehatan, Jakarta pada Selasa (16/10).

Ia mengatakan setelah menjalani serangkaian tes ternyata hemoglobin dalam darahnya 8, sangat rendah. Pada akhirnya, dokter merujuknya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

"Dokter curiga saya menderita leukemia, dan akhirnya didiganosis itu. Saya mendapat pengobatan selama 3 tahun dinyatakan sembuh setelah lima tahun tidak kambuh lagi," kenang Natarini.

Dari pengalamannya, ia tergerak untuk mendirikan komunitas. Komunitas itu didirikan pada 24 Mei 2006 bernama

Cancer Buster Community (CBC) yang merupakan komunitas para penyintas kanker anak bertujuan untuk memberikan kontribusi guna meringankan beban pasien kanker anak dan keluarganya.

Natarini tidak sendiri, ia bersama Priesnanda Dwisatria, Saprita Tahir, Andrew Manullang, Ario Falah mendirikan CBC yang berada di bawah naungan Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI). Natarini ingin menularkan semangat kepada anak-anak yang sedang berjuang menjalani pengobatannya.

"Kita harus semangat dan optimis menjalani pengobatan. Itu bisa membantu kita menjalani proses pengobatan agar hasilnya baik,"tukasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya