Kemensos Siapkan Panduan Fasilitas Umum Ramah Difabel

Antara
16/10/2018 15:45
Kemensos Siapkan Panduan Fasilitas Umum Ramah Difabel
(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

KEMENTERIAN Sosial akan menyiapkan panduan penyediaan fasilitas umum ramah difabel dengan mengadopsi model terbaik di dunia namun tetap memperhatikan kearifan lokal.  

"Kami akan membuat panduan, ada beberapa model, tadi juga disampaikan Pak Gubernur DKI Jakarta," kata Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita di sela mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas umum untuk penyandang disabilitas di Kompleks Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Selasa (16/10).  

Ia mengatakan sudah melihat model terbaik ada di Dubai. Fasilitas umum untuk difabel di Dubai memiliki kode-kode khusus, termasuk insentif kepada pengembang yang menyediakan fasilitas itu.  

"Pak Gubernur Anies sudah mulai menerapkan, tapi ini kan perlu studi mana yang paling baik, karena kearifan lokal harus tetap ada," katanya 

Namun, Mensos Agus sepakat dengan Gubernur Anies bahwa model universal yang dibuat oleh Dubai merupakan model yang bagus. Menurut dia,  perlu juga penyediaan payung hukum yang "memaksa" pengembang menyediakan fasilitas umum yang ramah difabel.  

"Itu yang mau kami 'start' sekarang, momen Asian Para Games 2018 ini kan sayang kalau kita gak pergunakan dengan baik," katanya.  

Mengenai penanganan korban bencana di Sulteng,  Agus mengatakan pendataan dilakukan oleh BNPB.  

"Untuk tahap awal, sekarang di Palu akan kami bangun hunian sementara atau huntara yang jenisnya adalah barak," katanya.  

Menurut dia, pembangunan huntara tidak memerlukan verifikasi data korban bencana.

"Huntara bentuknya barak, satu barak itu barangkali ada 12 KK, jadi di satu barak ada dapur, MCK, dan sebagainya yang sejauh ini kami sudah punya 1.200 barak," katanya.  

Ia menyebutkan di Lombok tidak perlu huntara karena banyak rumah yang masih bisa dibangun dan dihuni kembali.  

"Program bantuan hunian tetapnya di sana juga cepat, jadi kami berharap hunian tetap yang tahan gempa bisa selesai dalam waktu enam bulan," katanya.  

Menurut dia, untuk di Sulteng tidak mungkin membangun kembali rumah-rumah di lokasi bekas gempa. 

"Rumah-rumahnya habis, dan kita harus relokasi, kita enggak mungkin membuat kesalahan yang sama," kata Agus Gumiwang. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya