Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Riset tidak Boleh Dipersulit

(Pol/Ant/H-2)
11/10/2018 04:15
Riset tidak Boleh Dipersulit
(BIRO PERS SETPRES/LAILY RACHEV)

PRESIDEN Joko Widodo menanyakan hasil riset saat beraudensi dengan seluruh pejabat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti), pimpinan perguruan tinggi negeri (PTN), dan kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/10).

"(Anggaran) Riset kita sekarang ini setahun kira-kira sudah Rp26 triliun. Saya tanya kepada kementerian-kementerian, hasilnya mana," kata Presiden saat memberikan pengarahan.

Ia pun menegaskan ekosistem di dalam kampus harus dibenahi bersama-sama agar pengembangan riset lebih maksimal. Riset dan inovasi yang memecahkan masalah serta memberikan nilai tambah harus didukung.

Presiden tidak mau jika para dosen lebih sibuk mengisi formulir keadministrasian daripada mengajar dan para peneliti lebih sibuk menyusun surat pertanggungjawaban (SPJ) daripada mengurus substansi penelitian.

Karena itu, Presiden meminta Kemenristek-Dikti memangkas segala aturan yang memperlambat riset.

"Wajib, urusan SPj pangkas saja. Pak Dirjen, Direktur, pangkas. Saya cek nanti, karena tahun depan kita sudah masuk ke (pembangunan) SDM," tegas Presiden.

Ia juga menyatakan pemerintah akan membuat badan riset nasional yang 70%-80% unsurnya ada di perguruan tinggi. "Sehingga anggaran riset kita menjadi jelas, larinya ke mana, hasilnya apa."

Pada kesempatan itu, Menristek-Dikti M Nasir menyampaikan capaian bidang riset dan teknologi di tingkat negara ASEAN dalam hal publikasi hasil riset internasional sebelum 2015 tidak bisa melebihi Thailand, Singapura, dan Malaysia.

"Per Oktober 2018 ini, alhamdulillah, Indonesia sudah di angka 20.610 publikasi internasionalnya, mengungguli Thailand dan Singapura."

Berdasarkan data Kemenristek-Dikti, publikasi riset Thailand sebanyak 12.374 dan Singapura 16.647, sedangkan Malaysia mencapai 22.070.

Menristek-Dikti juga menyebut 10 lembaga yang paling besar menyumbang publikasi riset, yaitu Institut Teknologi Bandung sebanyak 10.090, Universitas Indonesia 9.348, Universitas Gadjah Mada 6.465, Institut Pertanian Bogor 4.181, Institut Teknologi Surabaya 4.021, Universitas Diponegoro 3.643, LIPI 3.576, Universitas Brawijaya 2.566, dan Universitas Padjadjaran 2.442 publikasi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya