Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Ablasi, Terapi Kombinasi untuk Pasien Kanker Tiroid

Indriyani Astuti
09/10/2018 15:43
Ablasi, Terapi Kombinasi untuk Pasien Kanker Tiroid
(MI)

PASCAOPERASI pengangkatan kanker tiroid beberapa pasien dianjurkan untuk melakukan prosedur terapi ablasi, yakni memberikan radioaktif sehingga membuat sel kanker pada kelenjar tiroid menjadi atau bahkan hilang secara total.

Meski di Indonesia masih awam, terapi ini sudah digunakan secara luas di banyak negara untuk beberapa jenis kanker seperti kanker prostat dan kanker colon atau usus besar.

Kepala Departemen Kedokteran Nuklir MRCC Siloam Semanggi Dr Hapsari Indrawati SpKN menjelaskan banyak pasien yang khawatir dengan terapi ini bisa menyebabkan kemandulan dan sebagainya, padahal hal itu tidak terbukti.

"Tindakan ablasi dilakukan dengan cara memberikan radioaktif iodine (RAI), zat radioaktif yang hanya spesifik terhadap kelenjar tiroid saja, jadi tidak membahayakan organ lainnya, " ujar Hapsari dalam acara diskusi tentang kanker tiroid di Kantor Yayasan Kanker Indonesia (YKI), di Jakarta, Selasa (9/10).

Dalam acara itu, hadir juga Ketua Umum YKI Professor Aru Sundoyo dan Ketua Bidang Pelayanan Sosial YKI dr Sonar Soni Panigoro SpB.Onk.

Tindakan lanjutan ablasi, imbuh Hapsari, bertujuan agar tidak ada sisa-sisa jaringan dari sel kanker yang berpotensi menyebabkan keluhan di kemudian hari. Namun, tidak semua pasien pascaoperasi kanker tiroid mendapat rekomendasi terapi ablasi.

"Hanya pasien kanker Karsinoma tiroid yang sel-selnya berdiferensiasi baik (mampu melakukan metabolisme iodium) atau sisa penyebaran memiliki sekat atau tipenya mengikuti sifat induk sel kankernya, yang bisa mendapatkan terapi ini," terangnya.

Prosedur ablasi tidak terlalu rumit. Pasien diminta untuk minum radioaktif yodium seperti minum obat. Umumnya, pasien harus berada di kamar isolasi selama dua hingga tiga hari. Sebab, setelah minum obat, pasien akan menjadi sumber radiasi.

"Ada potensi radioaktif tersebut akan mengenai orang-orang disekitar sehingga pasien harus diisolasi hingga kadar radiasinya tidak berbahaya seperti sinar matahari," tutur Hapsari.

Setelah selesai, pasien akan dipantau selama enam bulan untuk memastikan kelenjar yang terkena sel kanker benar-benar tidak ada.(OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik