Headline

Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.

Tua dan Berdaya

*/M-3
25/8/2018 06:10
Tua dan Berdaya
(MI/PIUS ERLANGGA)

KOMUNITAS Ketimbang Ngemis memang sudah banyak tersebar di beberapa daerah Indonesia, seperti Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung.

Sang ketuanya, Dwi Subiyakto, memang masih muda, 24 tahun. Namun, ia peduli pada manula yang mau bekerja di masa tua mereka jika dibandingkan dengan harus mengemis di jalanan.

Komunitas ini awalnya bukan dibentuk di Bandung, Jawa Barat, melainkan di Yogyakarta oleh Rizky pada 12 Juni 2015. Dwi pun baru bergabung delapan hari kemudian dan terpilih menjadi ketua di Bandung. Melalui diskusi di grup chat di media sosial, Dwi mengungkapkan keinginannya komunitas ini bertahan hingga akhir bulan puasa. Memang kala itu bertepatan dengan bulan puasa. Ternyata animo masyarakat tinggi dan komunitasnya bertahan hingga kini.

"Ternyata animo masyarakat cukup tinggi, teman-teman volunteer juga semangatnya tinggi. Kita itu awalnya bahkan enggak punya uang donasi, kita pakai uang yang namanya itu uang kresek yang kita putarkan ke anggota yang berkumpul lalu uangnya kita donasikan ke sosok-sosok yang membutuhkan. Kita menyebutnya sosok mulia," ungkap pria lulusan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Komunitas ini memliki program jangka panjang dan pendek. Program jangka pendek itu memiliki pengeluaran untuk dana dan sembako saja, sedangkan program jangka panjang yang disebut Grobolia mulai dicanangkan Dwi pada 2017. Grobolia merupakan singkatan dari Grobak Untuk Sosok Mulia, yaitu permodalan usaha baru dan usaha yang sudah ada.

Pasalnya, ia tidak ingin komunitas ini semata sebagai wadah orang menitipkan donasi ke sosok-sosok mulia. Guna menjangkau semua pihak, mereka menggunakan sosial media Instagram. Saat ini sudah mempunyai 109 ribu followers, dan regional rata-rata 40 ribu-50 ribu follower. Media sosial ini dipakai murni untuk memberi tahu mengenai sosok-sosok yang mesti dibantu dan menjadi landasan mereka berkegiatan.

Setiap bulannya anggota komunitas ini memiliki kegiatan berbeda-beda. "Minggu pertama kita ada pendataan. Minggu kedua dan ketiga kita mulai survei. Lalu, di minggu terakhir kita mulai program-program yang akan kita laksanakan," ujarnya.

Perkembangan komunitas ini terbilang pesat. Kini sudah ada di 56 regional, termasuk Banda Aceh dan Maluku Utara. Mereka pun dipercaya melakukan open donasi.

Di luar komunitas, Dwi menjadi terapis anak-anak kebutuhan khusus di Yayasan Edufa Salanca Bandung. Seperti anggota yang lain, kegiatan komunitas dilakukannya di akhir pekan.

Dwi juga mengungkapkan tujuan ia bergabung di Ketimbang Ngemis Bandung guna menebus dosa kepada orangtuanya. "Ibarat kata, saya mencoba untuk menebus dosa saya kepada kedua orangtua saya. Itu tujuan pertama, lalu bapak saya juga dari dulu hidupnya pas-pasan di Bandung, sedangkan kakek- nenek saya berada di Kebumen. Saya berpikir dari dulu bapak saya hidup di Bandung selalu ditolong, saya pun begitu ketika menjadi tua saya juga ingin ada yang nolong," ungkapnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya