Headline

Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.

Kebaikan tidak Pernah Berhenti

*/M-3
25/8/2018 05:50
Kebaikan tidak Pernah Berhenti
(MI/PIUS ERLANGGA)

SETIAP orang bisa berkontribusi, termasuk petani. Salah satunya Togu Simorangkir berkontribusi melalui rumah baca di kampungnya di Toba. Pria berusia 42 tahun ini dijuluki 'Bos Lebay', singkatan dari beras organik, sapi, bebek, dan ayam.

Pria yang menempuh pendidikan S-2 sebagai MSc in Primate Conservation di Oxford Brookes University, Inggris, pada 2002-2003 ini memilih menjadi petani karena ia yakin masa depan ada di desa. Padahal, Togu mendapatkan tawaran bekerja di Inggris, tetapi ia memilih ke kampung halamannya. Ia pun menggagas terbentuknya Kapal Belajar dan Sopo Belajar.

"Saya 16 tahun merantau, meninggalkan Kota Pematang Siantar. Jadi, saya merasa cukup pada waktu itu untuk melakukan konservasi orang utan di Kalimantan Tengah dan memutuskan untuk pulang kampung," ujarnya.

"Ibu saya tinggal sendirian di rumah. Jadi, saya memutuskan pulang dan menemani ibu saya, seorang janda. Di Kalimantan saya sudah membuat gerakan literasi sejak 2003 dan akhirnya ingin melakukan sesuatu di tanah kelahiran. Saya mulai 2009, tapi implementasi program Sopo Belajar pertama kita itu 21 April 2010," lanjut bapak dua anak itu.

Awalnya Togu hanya ingin membuat gerakan dan bukan yayasan. Namun, bersama teman-temannya, ia menggalang dana publik untuk membuat yayasan yang diberi nama Alusi Tao Toba yang berarti Jawab Danau Toba. Nama itu diharapkan menjawab masalah di kawasan itu.

"Yang menjadi permasalahan sebenarnya akses pendidikan. Di sana anak-anak pulang sekolah langsung ke ladang, membantu orangtua. Jadi, kita mau membantu akses terhadap buku bacaan dan dampaknya mereka tidak memiliki waktu untuk bermain karena membantu di ladang. Mereka tidak bisa menjadi diri mereka, hanya menjadi pekerja anak," lanjutnya.

Togu mengaku setiap Sopo Belajar menjadi musuh orangtua. Karena itu, ia hanya mengajak 2-3 jam saja waktu bermain anak-anak untuk belajar. Perlahan prestasi akademik mereka meningkat. Selama satu tahun mereka belajar meningkatkan rasa percaya diri. Momentum hari anak di Toba pada 2011 digunakan Togu sebagai panggung anak-anak untuk berpuisi, pidato, dan bernyanyi. Melihat anak-anak mereka, para orangtua akhirnya mengizinkan dan merekomendasikan anak mereka datang ke Sopo Belajar.

Sukses dengan Sopo Belajar pertama, pada 2012 Togu bersama Tina Saragi Ganda Manurung dan Novita Siregar berencana membuka cabang ke dua. Guna mendapatkan dana, Togu nekat berenang 9 km di Danau Toba.

"Tiba-tiba saya ingin berenang di Danau Toba, padahal saya sendiri bukan yang jago berenang," ungkap pria lulusan S-1 Fakultas Biologi Universitas Nasional pada 1999 ini.

Pada 23 Juli 2012, bertepatan dengan hari anak, Togu pun berenang dari Prapat ke Tuktuk selama 5 jam. Setelah lima kali keram, ia berhasil mengumpulkan dana sebanyak Rp64 juta. Pada 2 Mei 2015, Togu kembali berenang sejauh 18 km dari Onan Runggu ke Balige selama 8 jam dan mengumpulkan dana Rp121 juta dan sebuah kapal.

Setelah digunakan selama 3 bulan, Togu memutuskan mengembalikan kapal tersebut. Pasalnya, ada indikasi keterlibatan partai politik dengan perusahaan perusak lingkungan. "Setelah mengembalikan kapal tersebut. Kita beranikan ngasih DP untuk bikin kapal. Tapi, banyak kejadian-kejadian luar biasa ketika kita melakukan sesuatu itu dengan tulus dan ikhlas dan tanpa motif apa pun," ungkapnya.

Setelah cukup lama di Alusi Tao Toba, akhirnya Togu memutuskan mengoper tongkat estafet. "12 tahun saya ngurusin orang utan, 9 tahun terakhir saya ngurusin orang Batak. Ke depannya saya ingin mewujudkan mimpi saya yang lain, yaitu mengurusi ODGJ, orang dengan gangguan jiwa yang berkeliaran di jalanan," lanjutnya.

"Seperti yang selalu saya bilang. Berbuat baik bukan karena kita ingin masuk surga. Tapi, karena Tuhan sudah terlalu. Bahkan teramat baik untuk kita," tutupnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya