Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
INDONESIA memiliki potensi sumber daya air (SDA) melimpah hingga 2,78 triliun meter kubik (m3). Sayangnya, dari potensi sekitar 691 miliar m3, baru 222 miliar m3 yang sudah dimanfaatkan dengan peruntukan terbesar, yaitu 80%, untuk irigasi.
Di sisi lain, kondisi air yang terlalu kotor akibat sampah, banjir serta kekeringan, yang melanda sejumlah daerah masih menjadi persoalan. Kondisi demikian, terjadi salah satunya karena perubahan frekuensi dan intensitas hujan yang makin tak menentu.
Direktur Jenderal SDA Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR), Hari Suprayogi mengatakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah strategis untuk mengatasi persoalan kekeringan, juga antisipasi terhadap potensi banjir di sejumlah daerah.
“Kekeringan itu ada dua, kekeringan di sawah dan di desa. Saat ini kita punya 7,1 juta hektare sawah. Namun, sementara yang dijamin oleh waduk, baru 11% atau sekitar 750 ribu,” ujarnya, kepada Media Indonesia di Jakarta, Senin (6/8).
Lebih lanjut, itu artinya masih sekitar enam juta hektare sawah yang belum teraliri air dari waduk. Padahal, pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR melalui Ditjen SDA, menargetkan 14% sawah teraliri air dari waduk pada 2019 dan menjadi 18% di akhir 2023.
Menurut Hari, selama ini upaya untuk mengatasi kekeringan dilakukan dengan memberi bantuan berupa pompa sentrifugal ke beberapa daerah yang sangat kering. Dengan pompa itu, dibuatkan sumur dangkal melalui kerja sama masyarakat.
“Sedangkan untuk kekeringan di desa-desa seperti Gunung Kidul, Tasikmalaya Selatan, minimal kita lakukan dua titik pengeboran di tiap balai. Di samping itu, kita juga punya program yang sedang berjalan, kira-kira ada di 70 lokasi,” tutur dia.
Tidak cukup sampai di situ, lanjut Hari, untuk mengatasi kekeringan, pihaknya juga telah membuat sumur bor dengan kedalaman antara 100-150 meter. “Kita carikan sumber air, tarik dengan pipa lalu kita siapkan bak penampung.”
Antisipasi banjir
Setelah musim kemarau berakhir, nantinya diprediksi sekitar Oktober, wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim penghujan. Pada musim tersebut, biasanya tidak sedikit daerah di Tanah Air yang dilanda banjir, termasuk Ibu Kota Jakarta. “Antara kekeringan dan banjir ini batasnya hanya beberapa bulan lagi, sekitar September-Oktober mulai peralihan. Untuk itu, kita juga sudah siapkan antisipasinya,” cetus Hari.
Namun demikian, menurutnya, di dalam mengatasi banjir tidak bisa hanya dengan satu cara, misalnya, tidak cukup hanya dengan tanggul saja, melainkan harus kombinasi seperti Ciliwung selain dibuat penampungan, sungainya pun dinormalisasi, dari Cijantung sampai Manggarai.
Itu pun masih terkendala masalah pembebasan lahan yang hingga kini masih berproses di pengadilan. Sampai 2017, Ditjen SDA Kementerian PUPR sudah berhasil mengatasi kendala tersebut sampai ke Kampung Melayu tepatnya di sisi sebelah SMAN 8 Tebet, Jakarta Selatan, sementara sisi lain belum terbebas.
“Asal lahan sudah bebas, kita laksanakan, tapi yang namanya penanganan banjir, kalau hanya satu sisi saja tidak cukup. Kurang satu meter saja, tanggul bakal banjir, jadi harus nutup,” tegasnya.
Antisipasi penanganan masalah banjir juga diupayakan pemerintah di daerah-daerah lain yang rawan bencana air bah. Namun, persoalan pembebasan lahan pun terjadi di beberapa kota besar, misalnya, Semarang, Surabaya, dan Solo, serta 21 daerah lain yang berisiko banjir.
Lebih lanjut, pihaknya juga mengingatkan bahwa masyarakat berandil dalam hal mencapai keberhasilan penanganan banjir, misalnya, dengan aktif berkegiatan menanam pohon, tidak buang sampah sembarangan, serta memastikan lingkungan sekitar tetap bersih dan asri.
“Banjir itu bisa lebih efektif diatasi dengan upaya struktural dan nonstruktural. Nonstruktural itu yang sebenarnya akan sangat membantu karena melibatkan langsung peran dari masyarakat termasuk komunitas,” kata Hari.
Rehabilitasi
Di lain sisi, Ditjen SDA juga berpartisipasi aktif memberikan bantuan kepada korban Gempa Lombok yang terjadi baru-baru ini. Di antaranya dengan mengirimkan empat alat exavator yang telah di BKO-kan dengan Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR. “Harapan kami, itu bisa bermanfaat terutama untuk pembersihan jalan karena akibat gempa banyak jalan yang bergelombang dan rusak. Itu dulu kita bersihkan,” ucapnya.
Adapun pengecekan bendungan di wilayah Lombok terus dilakukan dan terakhir kondisinya dalam keadaan aman. Tiga bendungan di Pandanduri, Batujai, dan Pengga, rata-rata hanya mengalami kerusakan pada rumah jaga. Sementara itu, kondisi bendungan relatif aman dan berfungsi baik.
Di tempat pengungsian pun, seperti di Sembelia yang ditempati 5 ribu pengungsi, Ditjen SDA membuat pipa dan menyiapkan bak penampung volume 1,5 m3. Adapun di Sembalun dengan 3 ribu pengungsi, karena daerahnya tinggi dan berbukit, sulit dilakukan pengeboran.
“Karena potensinya memang tidak ada, yang kita lakukan ialah mencari mata air. Ada mata air jaraknya 3 km dari tempat pengungsian, kekuatannya sekitar 10 liter per detik dan itu yang kita tarik pakai pipa dan pompa ke daerah pengungsi. Di Bayan, sumurnya masih baik, paling kita tambah satu pengeboran di sana,” paparnya.
Sementara itu, menjelang perhelatan Asian Games 2018 di Indonesia, Ditjen SDA turut berpartisipasi mempercantik Ibu Kota. Keterlibatan itu tecermin melalui upaya normalisasi Kali Item, alias Kali Sentiong, di Jakarta.
Walakin, karena kewenangan ada di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang bisa dilakukan ialah dengan membantu proses pengenceran Kali Sentiong agar endapannya terangkat, kemudian air dapat mengalir.
“Secara teknik rekayasa, pengenceran kita lakukan dengan memasukkan bakteri yang bukan hanya bisa melawan bakteri jahat, tetapi yang hitam itu juga dimakan sehingga air kembali bersih,” tandas Hari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved