Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Mencegah Pernikahan Usia Dini

*/M-3
21/7/2018 03:30
Mencegah Pernikahan Usia Dini
(MI/SUMARYANTO BRONTO)

PERNIKAHAN anak di usia dini sudah menjadi permasalahan yang sering dialami di beberapa daerah di Indonesia. Banyak anak yang masih duduk di sekolah SMP menikah tanpa persiapan, kebanyakan akibat hamil di luar nikah.

Masalah itu pun terjadi di Kecamatan Tosari Pasuruan, Jawa Timur. Meningkatnya pernikahan usia dini membuat Yoga Andika, pria yang berusia 20 tahun ini, membuat program Posyandu Remaja bersama dengan komunitas Laskar Pencerah Tosari.

Sejumlah faktor yang membuat banyak terjadi pernikahan dini ialah kurang edukasi terhadap para anak muda. Mereka masih melihat pendidikan kurang penting. Ketika perempuan sudah hamil, yang terjadi mereka harus menikah.

Karena melihat itu, Yoga memberikan penyuluhan bahaya pernikahan dini ke sekolah-sekolah di Tosari. Apalagi di kecamatan ini pernikahan dini sudah terjadi sejak zaman dahulu dan dianggap wajar.

"Kalau fenomena itu sebenarnya sudah dari dulu sih. Ketika saya masih SD itu kata orangtua saya hal seperti itu sudah wajar. Ya mulai tergeraknya itu ketika saya masih SMP. Tergerak untuk melakukan apa yang bisa saya lakukan untuk orang lain," ungkap pria yang sekarang tengah menempuh pendidikan di Universitas Gajayana Malang itu.

Sejak SMP, Yoga gabung komunitas Pencerah Nusantara yang merupakan utusan dari presiden yang mengabdi dan terjun ke Bukit Mas. Saat itu Yoga menjadi salah 1 dari 60 orang untuk Laskar Pencerah Tosari. Berbagai respons diterima Yoga.

"Ada yang respons baik, ada yang respon kurang baik. Tapi yang merespons baik sih biasanya dari pihak sekolah karena mereka menyadari bahwa pernikahan usia dini itu membahayakan. Dampak negatif juga pasti dirasakan seperti rahim mereka belum siap. Kalau kita bicara soal ekonomi, ya mereka masih umur segitu nanti bayinya dikasih makan apa. Kalau kita membebankan kepada orangtua, berarti mereka masih belum siap untuk menjadi ibu bagi anaknya," tambahnya.

Kala itu untuk biaya penyuluhan, Yoga dan teman-temannya urunan Rp2.000 per minggu. Mereka harus menyisihkan uang saku mereka, bahkan ada yang tidak jajan untuk urunan itu. Namun, kini mereka sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah dan puskesmas.

Perubahan yang dirasa pun cukup signifikan. Bila dulu lulusan SMP kurang peduli pendidikan, kini mereka ingin berkuliah, bekerja, dan bergabung Laskar Pencerah Tosari.

Meski waktu belajar mengalami pengurangan akibat padatnya kegiatan Laskar Pencerah Tosari, Yoga bahagia karena jiwa sosialnya bisa disalurkan. Ia memiliki prinsip tidak ada perjuangan yang tidak membuahkan hasil.

Laskar Pencerah Tosari pun saat ini sudah memiliki 392 anggota di Facebook dan memiliki 199 follower di Instagram. Gerakan yang dilakukan Yoga dan kawan-kawannya ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi pemuda yang ingin melakukan hal yang sama di daerah-daerah lain di Indonesia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya