Headline
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia
MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan
DARI sekitar seribu pasien kanker yang dirawat di Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais, 42% di antaranya pasien kanker payudara. Setiap harinya ada 250 hingga 300 pasien yang menjalani kemoterapi.
"Kanker payudara menempati posisi pertama di RS Dharmais dan setiap harinya ada 200 sampai 300 orang yang dikemo. Masa tunggunya cukup lama maka untuk terapi kanker ini perlu inovasi agar bisa mempercepat pengobatan," kata Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Abdul Kadir, dalam diskusi tentang inovasi terapi kanker trastuzumab subkutan di Jakarta, pekan lalu.
Pada kesempatan itu dokter konsultan hematologi dan onkologi medik RS Kanker Dharmais, Nugroho Prayogo, menjelaskan 15%-20% pasien kanker payudara memiliki status human epidermal growth factor receptor 2 (HER2) positif. "Yakni jenis kanker payudara yang sangat agresif. Jumlah sel-sel tumor cukup banyak," kata Nugroho.
Dalam pengobatannya, selain mendapatkan kemoterapi juga perlu terapi trastuzumab. Trastuzumab merupakan antibodi monoklonal untuk menghentikan fungsi HER2, jenis protein yang diproduksi gen tertentu dan memiliki potensi menyebabkan kanker apabila terekspresi berlebihan. "Selama ini trastuzumab diberikan ke pasien melalui infus. Karena begitu banyak pasien yang harus diberi terapi ini, antrean juga cukup panjang. Apalagi di Dharmais ada 200 hingga 300 pasien yang menjalani kemoterapi setiap harinya, sementara pasien yang harus ditangani sampai seribuan," terangnya.
Namun, saat ini ada inovasi terbaru, yakni trastuszumab subkutan atau dalam bentuk injeksi (suntik). Pasien yang sedang menjalani kemoterapi dan dilanjutkan dengan terapi trastuszumab tidak perlu lagi diinfus.
"Pasien rata-rata menjalani kemoterapi enam siklus, lalu dilanjutkan dengan terapi trastuzumab, sekarang bisa dilakukan dengan cara diinjeksi (subkutan)," jelasnya.
Metode pemberian trastuzumab subkutan lebih cepat dan tidak invasif. "Ini langkah maju dalam perawatan kanker payudara HER2 positif. Terapi ini selain menghemat waktu, juga praktis dan mempercepat terapi. Cuma empat menitan. Beda dengan infus, akan lama," tambahnya.
Diusulkan masuk BPJS
Direktur Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyambut positif inovasi terapi trastuzumab subkutan. "Dari hitungan direct cost yang sedang kami teliti, bisa menghemat biaya sampai 30%," ungkapnya.
Sebab pasien tidak perlu terlalu lama di rumah sakit hanya untuk terapi. "Ya kalau diinjeksi sekitar lima menitan, kemudian pasien bisa kembali beraktivitas kerja, jauh lebih efisien daripada model infus seperti selama ini."
Saat ini terapi trastuzumab subkutan tersebut baru diajukan untuk masuk dalam pengobatan yang dibiayai BPJS Kesehatan. RS Dharmais menjadi rumah sakit pertama yang menggunakan terapi terbaru itu.
"Ini bagian dari upaya Dharmais untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. Saat ini obat tersebut baru bisa digunakan pada pasien dengan asuransi perusahaan atau membayar pribadi," jelas Abdul Kadir.
Tingkatkan layanan
Secara terpisah, penasihat senior Dewan Jaminan Sosial, Hasbullah Thabrany, menegaskan kanker yang banyak diidap perempuan, yakni kanker payudara dan serviks, bisa menimbulkan dampak sosial ekonomi secara nasional. Masalah tersebut harus menjadi perhatian bagi semua pemangku kepentingan.
Menurutnya, banyaknya insiden kanker pada perempuan belum diimbangi dengan investasi pelayanan kesehatan. "Sebanyak 74% penduduk dijamin Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), tetapi kita hanya menggunakan 15% dari total belanja kesehatan. Sistem ini perlu dikaji ulang untuk dapat meningkatkan kualitas kesehatan bangsa," terang Hasbullah dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, Sabtu (14/7).
Aryanthi Baramuli Putri, Ketua Umum Cancer Information and Support Center (CISC), yang juga salah satu pencetus Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI) menyatakan penanggulangan kanker pada perempuan merupakan sebuah tantangan.
"Kami menghargai upaya pemerintah untuk menangani kanker payudara dan serviks. Penanganannya pun dijaminkan dalam JKN. Namun, ada tantangannya yang harus kita hadapi bersama. Mulai dari insiden yang meningkat, angka kematian tinggi, ketidaksetaraan akses dan kualitas pelayanan, hingga deteksi dan perawatan dini serta kesinambungan kesediaan obat berkualitas dan kebijakan fiskal," ujar Aryanthi. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved