Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

Menggeliat dengan Pameran Kemaritiman

Thomas
11/6/2018 05:00
Menggeliat dengan Pameran Kemaritiman
( ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

SEUSAI terbakar pada Januari lalu, Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan No 1 Sunda Kelapa, Jakarta Utara, terus melakukan pembenahan. Selain merancang upaya perbaikan beberapa ruangan yang hangus terbakar, museum yang merupakan gedung penyimpanan rempah-rempah pada zaman VOC Belanda tersebut kini juga melakukan inovasi layanan, salah satunya membuka satu ruangan di bagian depan sebagai tempat pameran berbagai kegiatan terkait dengan kemaritiman.

Sejak 15 Mei-25 Juli 2018, museum Bahari menggelar pameran pinisi bertajuk Mengungkap Karya Keagungan Bangsa yang mengisahkan beberapa potongan cerita perjalanan panjang pembuatan kapal fenomenal tersebut. "Inisiatif ini sudah mulai dua bulan lalu agar museum lebih hidup dengan aneka kegiatan yang bukan hanya tempat untuk mengkoleksi benda-benda sejarah tetapi juga tempat masyarakat beraktivitas. Dan museum ini memulainya dengan Pameran foto kapal pinisi sampe Juli nanti," ungkap Maruri, petugas penjaga pameran sekaligus tour guide Museum Bahari saat ditemui, Minggu (27/5).

Pinisi merupakan kapal layar tradisional khas Indonesia yang berasal dari suku Bugis, Sulawesi Selatan, menjelajah perairan dunia sejak abad ke-14.

Selain memamerkan karya foto, beberapa karya seni lain, seperti pahatan kayu, tali-tali yang digunakan pada kapal, hingga dayung, dan kemudi yang biasa digunakan kapal khas Nusantara, juga dipamerkan di ruangan sisi kiri pintu masuk Museum Bahari tersebut. "Dan yang saya tahu ini akan terbuka bagi masyarakat umum yang ingin memanfaatkan tempat ini terkait kegiatan seni kemaritiman," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Makrun, petugas loket museum Bahari mengatakan tingkat kunjungan museum Bahari memang tidak terlalu ramai apalagi saat Ramadan seperti saat ini. "Rata-rata kunjungan 15-20 orang per hari, dan itu didominasi wisatawan," kata Makrun menambahkan, salah satu faktor kurangnya tingkat kunjungan ke museum bahari ialah akses angkutan umum yang susah. "Beda misalnya yang mau kota tua atau museum lain di Jakarta akses angkutan umumnya mudah. Nah, di sini agak sulit. Itu mungkin salah satunya kenapa kurang kunjungannya," kata Makrun.

Museum Bahari adalah museum yang menyimpan berbagai koleksi terkait dengan kemaritiman dari seluruh Nusantara, berupa perahu-perahu tradisional dari berbagai daerah, berbagai koleksi biota laut, sampai tokoh-tokoh maritim nusantara, hingga dunia yang pernah menjelajah Nusantara. Bagian tertua dari museum ini mulai dibangun pada 1652 semasa akhir kepemimpinan Gubernur Jenderal Christoffel van Swoll yang pembangunannya pun dilaksanakan bertahap hingga 1774.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya