Mereka Terus Memburu Prestasi

SEKOLAH Sukma Bangsa pada Mei ini memperingati hari jadi ke-12 tahun. Sekolah yang dikelola Yayasan Sukma Bangsa telah berkontribusi dalam mencerdaskan anak bangsa dengan memberi beasiswa penuh bagi anak-anak korban konflik dan tsunami, bahkan 22 siswa asal Mindanao, Filipina.

Sejumlah prestasi telah dituai oleh anak didik Sekolah Sukma Bangsa (SSB). Seperti Muhammad Ridha yang berhasil menciptakan aplikasi baru pada perangkat smartphone dan website. Ada juga lulusan SMA pada 2015, Amalia Suri, yang sebelumnya sempat menikmati program pertukaran pelajar dengan berkunjung ke Lancaster, Ohio State, Amerika Serikat.

Prestasi tersebut tidak lepas dari penerapan metode belajar di SSB. Seperti diungkapkan guru SSB Pidie, Muazzah bahwa mereka menerapkan sistem pendidikan yang diberi nama Multimetode Pembelajaran. "Guru tidak lagi hanya berdiri menerangkan di muka kelas, sementara siswa diam dan mendengarkan," sebut Muazzah di Pidie, Aceh, Kamis (10/5).

Multimetode Pembelajaran yang dimaksud ialah cara pembelajaran melalui sejumlah metode yang antara lain berupa ceramah, diskusi, latihan, tanya jawab, karyawisata, demonstrasi, sosiodrama, bermain peran, dan eksperimen serta riset yang dilakukan baik sendiri atau berkelompok. "Kami melakukan metode ajar yang berpusat siswa. Jadi, istilahnya guru di sini hanya sebagai fasilitator. Kami fasilitasi semua anak untuk lebih aktif di kelas mampu berpikir kritis dan lainnya," kata Muazzah.

Hal yang sama diungkapkan Sansrisna, guru mata pelajaran ekonomi yang telah 12 tahun mengabdi di SSB Pidie. Guru, katanya, diberi keleluasaan memilih metode ajar dalam aktivitas pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Soal sistem pendidikan, SSB Pidie sama dengan sekolah SSB lainnya menerapkan Kurikulum 2013 (K-13).

Sekolah yang diresmikan 14 Juli 2006 itu juga selalu aktif mengikuti perkembangan kurikulum nasional. "Kami juga sudah menerapkan sistem full day school (FDS). Namun, proses penerapan FDS sedikit berbeda karena kegiatan belajar mengajar tetap digelar pada Senin hingga Sabtu," sebut perempuan asal Palembang yang akrab dipanggil Ibu Ichan.

Bahkan, setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Sabtu berlaku english day, yakni siswa dan guru diwajibkan menggunakan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar.

Dengan metode, sistem, dan proses kegiatan belajar mengajar yang diterapkan, SSB berhasil menciptakan siswa-siswi berprestasi, baik akademik maupun nonakademik.

Pada bidang akademik siswa SSB mewakili Aceh dalam Olimpiade Bahasa Indonesia di tingkat nasional. Sementara di bidang ekstrakurikuler, siswa-siswi SSB meraih juara 1 lomba tari tingkat provinsi dan juara 1 lomba musik tradisional serta juara teater di tingkat kabupaten.

Melanjutkan pendidikan

Di bawah Yayasan Sukma Bangsa, yang berdiri sejak 2006. Sekolah bantuan Dompet Dhuafa Metrotv itu berada di tiga titik lokasi, yaitu di Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, dan Kota Lhokseumawe.

Ketiga sekolah itu diresmikan secara serentak oleh Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 14 Juli 2006. Sejak tahun ajaran 2006/2007, tiga sekolah tersebut aktif menggelar kegiatan belajar mengajar.

Sebanyak 352 siswa angkatan pertama setiap jenjang tersebar di tiga wilayah tersebut. Mereka merupakan anak-anak korban tsunami dan konflik serta yatim piatu di Aceh, yakni 87 siswa kelas 1 SD, 143 siswa kelas 1 SMP, dan 122 siswa kelas 1 SMA.

Dari 87 siswa SD angkatan pertama korban tsunami, hanya tersisa 23 siswa yang melanjutkan beasiswa hingga tamat selama 12 tahun. Mereka menjadi bagian anak-anak yang akan diwisuda bersama 169 siswa dari tiga SSB lainnya pada hari ini.

Selain itu, sekitar 70% siswa SSB melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri (PTN) melalui berbagai jalur masuk, baik SNMPTN/SPAN-PTKIN, SBMPTN/UM-PTKIN, maupun jalur-jalur mandiri yang dibuka PTN.

Bahkan, mereka mendapatkan beasiswa dari sejumlah kampus, seperti Universitas Syiah Kuala, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Universitas Sumatra Utara (USU). (S-1)