Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Alie Tan Kartu Kredit Virtual Kaum Milenial

Siti Retno Wulandari
03/5/2018 05:45
Alie Tan Kartu Kredit Virtual Kaum Milenial
(MI/ BARY FATHAHILAH)

MELEDAKNYA situs penjualan berbasis daring membuat masyarakat semakin mudah untuk mendapat apa yang diinginkan. Akan tetapi, permasalahan muncul ketika mereka memilih metode pembayaran yang biasanya berkisar antara transfer, kartu kredit, dan penggunaan akun virtual. Kemudahan didapat saat pembeli menggunakan kartu kredit, tetapi tidak semua masyarakat Indonesia memiliki akses finansial itu.

Karena melihat masalah itulah, Alie Tan bersama dua rekannya terpikir membuat terobosan yang memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Kredivo, kartu kredit virtual, memiliki proses yang cepat dalam pengajuannya. Dalam waktu maksimum 4 jam, hasil pengajuan akan diterima, bisa diterima, pun ditolak.

"Kami lihat ada friksi dalam metode pembayaran. Kalau transfer harus punya aplikasi mobile banking, belum nanti harus mencatat nomor rekening lalu verifi kasi. Banyak langkahnya dan ribet, belum lagi kala harus transfer melalui mesin ATM. Ya kami ingin mempermudah proses bertransaksi," ujar Alie Tan kepada Media Indonesia saat ditemui di Kantor Kredivo, Jakarta, Selasa(24/4).

Selain persoalan friksi, rendahnya penetrasi kartu kredit juga menjadi masalah yang ingin diselesaikan melalui Kredivo. Memfasilitasi akses kredit yang aman, nyaman, dan terjangkau. Calon pengguna hanya perlu melakukan registrasi, aktivasi, lalu bertransaksi. Salah satu bukti identitas yang wajib tercantum ialah kartu tanda penduduk.

"Sasarannya milenial yang jumlahnya mencapai 70-80 juta jiwa, dengan rentang usia 18-35 tahun. Mereka memiliki penghasilan tetap, tapi akses finansialnya enggak dapat, biasanya sih persoalan kurang data sehingga tidak diterima pengajuan kartu kreditnya," imbuhnya.

Selektif peminjam
Jika dilihat dari segi waktu, Kredivo memang instan, tapi tidak semua pengajuan calon pengguna diterima. Aplikasi yang memiliki moto buy now pay later ini menggunakan big data yang bisa menilik calon pengguna sampai pada kisaran penghasilan. Sistem bernama smart application ini tidak akan meloloskan aplikasi seseorang yang memiliki kemungkinan tidak sanggup membayar atau terlilit hutang. Aplikasi itu juga mempelajari profil serta data transaksi elektronik calon pengguna.

Padahal, imbuh Alie, Kredivo bisa melakukan penagihan langsung kepada pengguna dengan berbagai cara agar tetap bisa membayar. Namun, Hal itu kembali lagi pada alasan pendirian start-up dengan kategori financial technology (fintech) ini, yaitu menjadi solusi bagi masyarakat dalam bertransaksi, bukan menjebloskan seseorang pada lubang utang. Hingga kini, pengguna Kredivo telah mencapai angka 500 ribu dan ditargetkan pada akhir 2018 mencapai 1 juta pengguna.

"Sistem tersebut sangat efektif mencegah kredit macet, NPL (nonperforming loan) kami di bawah 5%. Kami juga menerapkan biaya denda keterlambatan (late fee) sebesar 3% dari tagihan berjalan," kata pria lulusan Ilmu Komputer Universitas Bina Nusantara ini.

Ada cicilan, ada limit pinjaman
Tidak ada kartu fisik bukan berarti tidak memiliki limit pinjaman. Limit kredit pinjaman yang bisa diberikan Kredivo maksimal Rp20 juta. Jika aplikasi disetujui, pengguna bisa melihat kartu Kredivo secara digital dengan rincian limit pinjaman dan sisa limit yang masih bisa dipakai. Tidak ada tenggat untuk kembali mencicil asalkan limit masih mencukupi.

"Pengguna bisa melunasi tagihan dalam pilihan 30 hari tanpa bunga, atau pilihan tenor 3, 6, dan 12 bulan dengan bunga 2,95% per bulan sesuai dengan tagihan berjalan. Untuk dana yang tersalurkan hingga akhir 2017 belum bisa dibuka kepada umum, tetapi kami punya target penyaluran US$150 juta-US$200 juta," tutur Alie dengan suara yang hampir habis.

Hingga kini Kredivo telah bermitra dengan 180 merchant (pedagang) daring. Rencananya, mereka akan melebarkan sayap dengan bermitra bersama pedagang yang tidak memiliki toko daring. Demi menjamin keamanan kartu kredit ini, Kredivo mengirimkan one time password (OTP) saat bertransaksi di toko daring. Hanya nomor ponsel terdaftar yang bisa menerima OTP sebagai pintu masuk untuk membuka akun Kredivo.

Keamanan ini dijanjikan Kredivo terkait dengan data diri pelanggan, kecuali dibutuhkan pihak peminjam (lender) untuk mencairkan dana pinjaman. Mulai tahun ini Kredivo telah memiliki lisensi dari lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan laporan pertama mulai diberikan pada Maret 2018

Kurang SDM
Sebagai start-up kategori fintech, Alie mengatakan pihaknya bukan rentenir digital. Semua laporan Kredivo transparan, termasuk pemberian bunga, limit yang bisa diambil, termasuk proses persetujuan sebagai pengguna.

Memang fintech sedang berkembang pesat, tetapi tidak bisa dipukul rata. Sebagai pembedanya, ia mengedepankan transparansi. Selain itu, persetujuan pemohon yang didasarkan pada kemampuan ekonomi orang tersebut.

Terkait dengan rumor rentenir digital, masih ada tantangan yang terus mengikuti mereka, bahkan start-up digital lainnya, khususnya pada bidang programer, engineer, dan penyandi (coder). Kebutuhan yang tinggi belum selaras dengan ketersediaan yang sama. "Kami masih dengan pasar Indonesia yang besar, orang-orangnya suka berbelanja. Akan tetapi sumber daya manusianya lah yang masih menjadi tantangan untuk kami," tuturnya.

Aplikasi yang diluncurkan pada akhir Maret 2016 ini mendapatkan bantuan dana dari beberapa venture capital (VC). Selain misi Kredivo jelas dan mampu menjadi pemecah masalah, VC pun membantu mereka untuk menggapai konsep dan misi Kredivo. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya