Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Tinjauan Medis Sunat Perempuan

*/H-2
02/5/2018 12:44
Tinjauan Medis Sunat Perempuan
(DOK MI/ATET DWI PRAMADIA)

BERBEDA dengan sunat pada laki-laki, sunat untuk kaum perempuan masih menjadi kontroversi, terutama karena adanya praktik-praktik yang digolongkan sebagai mutilasi organ kelamin perempuan atau female genital mutilation (FGM) oleh WHO.

Misalnya, pengangkatan sebagian atau seluruh klitoris pada organ kelamin perempuan yang dilakukan di sebagian negara-negara Afrika. Tindakan tersebut jelas tidak dibenarkan secara medis.

"Namun, berbeda dengan tindakan FGM yang menghilangkan secara total atau sebagian dari organ genitalia eksternal wanita. Sunat perempuan dilakukan dengan cara menggores kulit yang menutupi bagian depan klitoris atau tudung klitoris (clitoral hood) tanpa sedikit pun melukai klitoris," jelas dokter spesialis kandungan dan kebidanan, Valleria, pada temu media bertajuk Sunat Perempuan dari Tinjauan Medis, Hukum, dan Syariat yang digelar Rumat Sunat dr Mahdian di Jakarta, pekan lalu.

Menurutnya, perlakuan tersebut mirip dengan tindakan hoodectomy atau pengurangan clitoral hood yang jamak dilakukan dokter spesialis bedah karena indikasi medis tertentu. Secara teknis, lanjut Valleria, penorehan tudung klitoris dilakukan dengan menggunakan jarum khusus dengan anestesi lokal. Karena umumnya dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun, dengan anatomi tudung klitoris yang masih sangat tipis dan belum banyak dilalui pembuluh darah serta saraf, tindakan itu sangat minim pendarahan dan rasa sakit.

Penorehan itu membuat klitoris lebih terbuka pada usia dewasa yang memberikan beberapa keuntungan, seperti mencegah bertumpuknya kotoran di balik tudung tersebut. Juga, secara estetik, bentuknya jadi lebih menarik.

"Tiap-tiap perempuan memiliki clitoral hood dengan lebar dan tebal yang berbeda, bergantung genetik. Seiring bertambahnya usia, sering kali kelemahan atau elastisitas tudung kritoris menurun sehingga kurang sedap dipandang. Dalam sejumlah kasus kondisi ini bahkan membuat respons atau sensasi seksual menjadi terganggu," terangnya.

Dokter spesialis bedah saraf, Mahdian Nur Nasution, menambahkan, dalam penelitian yang dilakukan di Inggris, perempuan yang memiliki klitoris terbuka dengan tindakan hoodectomy memiliki tingkat kepuasan seksual yang lebih tinggi, mencapai 97,2%.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya