Penanganan Gangguan kulit Harus Holistis

Nik/H-1
02/5/2018 12:38
Penanganan Gangguan kulit Harus Holistis
(THINKSTOCK)

PENANGANAN gangguan kesehatan kulit sebaiknya jangan hanya berfokus pada penggunaan produk perawatan kulit. Bisa jadi, sumber masalahnya ada pada pola makan dan tidur, juga kebiasaan sehari-hari yang tak disadari berdampak pada kesehatan kulit.

"Saya pernah punya klien dengan problem kulit yang sangat kering. Setelah ditelusuri, rupanya dia tidak doyan sayur, juga tidak suka minum air putih. Saya tegaskan, kalau gaya hidup yang demikian tidak diperbaiki, problem kulit keringnya akan berlanjut," ujar pakar organic skin care, Dewi Kauw, pada temu media di Jakarta beberapa waktu lalu.

Ada juga klien lain, seorang laki-laki yang usianya sudah menjelang 50-an tahun. Herannya, meski usianya tak lagi muda, si bapak tersebut masih jerawatan. Kulitnya pun sangat berminyak.

"Rupanya, menurut sang istri, bapak tersebut 'rajin' sekali cuci muka. Bisa 6-8 kali sehari, maksudnya untuk menghilangkan minyak yang muncul di wajah. Tapi cuci mukanya sembarangan, dengan sabun mandi, sabun cuci tangan, bahkan sampo, yang penting ada busa. Tentu saja kebiasaan tersebut justru makin memperparah kondisi kulit wajahnya," tutur perempuan yang mendalami ilmu perawatan kulit di lembaga-lembaga internasional ternama seperti Formula Botanica School of Natural Skincare dan mengikuti kelas Robert Tisserand itu.

Dari pengalaman menangani para klien, lanjutnya, penting untuk memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa gaya hidup sehat merupakan syarat menuju kulit sehat. "Kita harus melihat problem kulit secara holistik, termasuk dari pola makannya, masalah hormon, faktor stres, dan lain-lain. Penanganannya juga menggunakan pendekatan multifaktor," tutur pendiri Skin Dewi, merek produk perawatan kulit berbasis bahan organik itu.

Selain itu, lanjutnya, penting bagi masyarakat untuk mendapatkan produk yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan pas dengan kondisi kulitnya. Caranya, dengan mengenali sifat kulit sendiri, termasuk bahan-bahan jenis apa saja yang jika dipakai akan berdampak negatif.

"Kulit setiap orang berbeda, apalagi yang memiliki tipe kulit sensitif. Belum tentu suatu bahan aktif yang cocok di A akan cocok dipakai si B," tutur Dewi yang juga mengajar di kelas-kelas workshop organic skin care itu.

Ia mencontohkan pengalamannya dalam menangani sang putri kecilnya yang menderita dermatitis atopik (atopic dermatitis/eksim). "Banyak yang bilang bahan shea butter bagus untuk eksim. Namun, ketika saya aplikasikan pada anak saya, justru sebaliknya, reaksinya tidak bagus."

Karena itulah, ia menekankan pentingnya mengenali sifat kulit sendiri, juga sifat bahan-bahan yang terkandung dalam sebuah produk perawatan kulit.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya