Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PERSAINGAN di bisnis makanan dan minuman saat ini makin ketat. Meski demikian, warung makan sederhana yang menjual berbagai makanan siap santap masih menjadi favorit bagi kalangan menengah ke bawah.
Bisnis warung makan pula yang dipilih kebanyakan masyarakat dari daerah saat merantau ke kota karena dinilai mudah. Sudah banyak pengusaha warung makan yang sukses karenanya dan bahkan menjadi bos kecil di daerahnya.
Namun, citra warung makan yang masih dianggap urakan menjadi masalah, terlebih di tengah menjamurnya usaha ritel dan rumah makan modern yang sudah terdigitalisasi. Bukan tidak mungkin, warung-warung makan tradisional akan tersisih dan punah.
Hal tersebut yang melatarbelakangi didirikannya Wahyoo, perusahaan sosial digital yang melibatkan pengusaha warung makan, pedagang asongan, pemilik produk serta konsumen. Nama Wahyoo sendiri berasal dari kata 'wahyu' yang diartikan sebagai sebuah kebaikan dan pesan yang diturunkan Tuhan untuk manusia.
"Saya harap Wahyoo ini memberikan pesan kebaikan untuk pelaku usaha. Kenapa namanya kita pakai huruf O? Karena itu, biar lebih mengikuti era digital, lihat Facebook pake O, Yahoo pake O," terang Peter Shearer Setiawan, Founder dan CEO of Wahyoo yang ditemui Media Indonesia di Jakarta, akhir Maret lalu.
Peter mengisahkan ide memoles warteg agar menjadi warung modern kekinian tercetus dua tahun lalu. "Saat itu saya mengamati jalanan Jakarta ini. Ritel-ritel di jalanan begitu sangat berkembang. Banyak sekali rumah makan atau warteg, tetapi perbedaan dengan ritel ini begitu mencolok. Lalu saya berpikir apakah saya bisa membantu dan mengembangkan usaha mereka," kata Peter.
Ia lalu melakukan riset, dimulai dengan menggali masalah-masalah apa saja yang dialami sejumlah pelaku usaha warteg. Salah satu keluhannya ialah mereka jenuh karena jam buka warteg berlangsung selama 24 jam. "Mereka ingin berlibur, tapi enggak ada yang gantiin," tutur Peter.
Masalah lainnya, pelaku usaha warteg tidak paham mengelola keuangan, pemodalan, dan tidak ada inovasi. Mereka tidak pernah menghitung berapa keuntungan pasti yang didapatkan setiap bulan. Juga berapa piring yang terjual per harinya dan makanan apa yang paling favorit.
Nah, aplikasi Wahyoo membantu para pelaku usaha warung makan, mulai standardisasi pelayanan, membantu promosi dan memperhatikan keperluan para pemilik warung. "Dekorasi, pelatihan, pemodalan, penyediaan barang, hingga pengiriman barang gratis adalah sederet keuntungan yang diberikan Wahyoo," beber Peter.
Wahyoo berupaya membuat tempat usaha menjadi lebih nyaman untuk pelanggan dengan mendekorasi ulang. "Kita lakukan cat ulang. Kalau ada yang bocor, kita perbaiki, kita berikan celemek," imbuhnya.
Selain mencolok, warna kuning cerah dipilih karena dianggap memberikan kebahagiaan dan sukacita kepada pemilik warung. Wahyoo juga memberikan bantuan pemodalan yang dibutuhkan seperti kulkas hingga penanak nasi dengan mekanisme kredit.
Tak hanya tampilan warung, Peter juga mengedukasi pemilik warung makan mengenai pentingnya kebersihan, menjaga kualitas makanan, cara mengelola keuangan dan cara memanfaatkan teknologi.
Keuntungan lainnya ialah pemilik warung dapat mengakses lebih cepat dan mudah produk yang mereka butuhkan untuk dijual melalui aplikasi. Wahyoo menggandeng penyedia jasa transportasi daring Grab untuk kebutuhan ini. Selain itu, para pemilik warung akan mendapatkan point reward untuk ditukarkan umrah dan haji.
Wahyoo juga menggandeng sembilan merek terkemuka untuk kerja sama yang menguntungkan dengan memanfaatkan keramaian konsumen yang datang ke warung, dengan menjual maupun mempromosikan produk mereka.
"Kita akui keuntungan kita dari kerja sama bersama merek-merek ini. Persentasenya itu 60% untuk warung dan 40% untuk Wahyoo. Bagi hasil keuntungan brand ini menjadi penghasilan tambahan pemilik warung," terangnya.
Jajaki kemitraan
Sejak didirikan Juni 2017 lalu, saat ini anggota warung makan di Wahyoo sudah mencapai 400 warung. Peter menargetkan sedikitnya 2.000 warung makan akan bergabung hingga akhir 2018.
"Memang perlu kerja keras. Bagaimana kita harus melakukan pendekatan sangat dekat secara pribadi kepada mereka. Kita yakinkan bahwa mereka adalah mitra dan keluarga Wahyoo," katanya.
Omzet yang dihasilkan Wahyoo pun sudah mencapai US$100 ribu atau mendekati Rp1,4 miliar. "Kondisi Wahyoo masih sangat kecil, tetapi kami sudah banyak yang memercayai," ujarnya.
Setelah Grab, Peter mengaku tengah menjajaki berbagai kemitraan untuk bergabung dengan Wahyoo. Peter memiliki ide, jika warung makan yang tergabung dengan Wahyoo bisa menjadi meeting point dan tempat istirahat para pengemudi Grab. "Dibanding mereka panas-panasan, tempat kami bisa menjadi tempat istirahat. Tentunya ada perlakuan spesial untuk mereka, misalnya Grab yang makan di warung Wahyoo akan mendapatkan kupon. Setelah lima kupon terkumpul, itu akan mendapatkan makan gratis," kata dia.
Bukan itu saja, kemitraan lain yang akan dirangkul menurutnya adalah start-up yang bergerak di bidang pertanian, yakni 8vilages. Menurut Peter, kerja sama ini penting mengingat Wahyoo ingin mengembangkan sejumlah katalognya untuk menyediakan sayuran berkualitas.
"Kami pastikan ini upaya dalam memangkas rantai pasar dan tengkulak. Yang justru menyengsarakan petani dan konsumen," tutur Peter.
Tak berhenti di situ, Wahyoo berencana menggalakkan sistem gerakan nontunai di kalangan anggotanya. "Nanti para konsumen akan memiliki user untuk digunakan pembayaran dan isi saldo," kata dia.
Pengembangan lainnya ialah Wahyoo ingin membuat central kitchen. Wahyoo ingin menyediakan jalur distribusi bahan setengah jadi masakan yang dibutuhkan warung makan.
"Ini sebagai solusi agar pemilik warung bisa berlibur. Saat ini kami tengah siapkan jalur distribusinya," pungkas Peter. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved