Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Pemahaman Orangtua soal Insulin Minim

Putri Rosmalia Octaviyani
28/3/2018 09:07
Pemahaman Orangtua soal Insulin Minim
(Sumber: halodiabetes/idai.or.id/Foto: Thinkstock/Grafis: Caksono)

UMUMNYA penyakit diabetes melitus (DM) tipe 1 menyerang anak-anak pada usia sekitar 10-15 tahun. Menurut penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), setiap tahunnya terdapat 240 kasus anak dengan DM tipe 1 dari 83 juta jumlah anak di Indonesia.

Jumlah sebenarnya diperkirakan lebih besar karena belum seluruhnya penderita terdata. Hal itu disebabkan ­minimnya pengetahuan orangtua terhadap penyakit gangguan gula darah tersebut.

Selain soal penyakit DM tipe 1, pemahaman orangtua atau masyarakat terhadap injeksi (suntik) insulin juga masih salah.

“Mereka umumnya khawatir penggunaan insulin dalam jangka panjang dapat merusak ginjal sang anak. Padahal, pada anak dengan DM tipe 1, tidak mungkin tidak diberikan insulin. Sebabnya pankreas mereka tidak bisa memproduksi insulin,” ujar spesialis anak dr Bambang ­Tridjaja di Kantor IDAI, ­Jakarta, kemarin.

Pemahaman yang salah tersebut, lanjutnya, harus segera diluruskan. Kerusakan ginjal yang kerap terjadi pada pasien diabetes, tambah Bambang, akibat gula darah yang terlalu tinggi dalam waktu lama. “Bukan karena pemberian insulin. Kalau gula darah tinggi, ginjal bekerjanya berat. Itu yang buat rusak. Jadi, harus diberi insulin agar turun. Jadi, secara teori insulin tidak berpengaruh merusak ginjal,” ujarnya.

Untuk itu, sambungnya, peningkatan pemahaman tersebut sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kesalahan pada praktik penggunaan insulin pada anak.

“Setiap anak itu kebutuhan­nya beda karena aktivitasnya juga beda. Orangtua harus jadi paling tahu dulu bagaimana anaknya, baru dokter bisa mengarahkan untuk pemberiannya,” tegas alumnus FKUI itu.

Semakin tinggi aktivitas anak, tambahnya, kebutuhan akan energi juga semakin tinggi. Otomatis asupan karbohidrat juga semakin besar. Pada kondisi itu, anak tersebut membutuhkan insulin yang tinggi juga.

“Karena kalau salah, dapat menimbulkan dampak gula terlalu tinggi, atau juga bisa terlalu rendah atau hipo,” ujar dokter di RSIA Hermina Bekasi itu.

Pada kondisi gula terlalu rendah atau hipoglikemia, ujar Bambang lagi, keselamat­an jiwa anak dapat terancam bila tidak segera tertangani. Begitu juga bila gula terlalu tinggi.

Ragam insulin
Senada dengan Bambang, dokter spesialis anak RS Cipto Mangunkusumo, Frida ­Soesanti, mengatakan kebutuhan akan injeksi insulin tidak dapat ditawar bagi penderita DM tipe 1. Pemahaman akan cara pemakaian, cara kerja, hingga jenis insulin yang beragam wajib dipahami dengan baik oleh pasien.

DM tipe 1 sangat bergantung pada penggunaan insulin sebagai terapi utama. Di samping itu ada tindak­an penunjang seperti pengaturan makan, ­menjaga perubahan berat badan, dan olahraga yang ­teratur. DM tipe 1 ­memerlukan pengobatan seumur hidup sampai dewasa sehingga perlu pemahaman orangtua dan pasien agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal.

“Insulin itu kunci. Sangat penting untuk dipahami,” tambahnya.

Menurut Frida, terdapat beberapa jenis dan sifat insulin. Mereka memiliki waktu dalam memproses dan efek suntikan yang berbeda-beda, mulai yang berdampak selama 3 jam di tubuh hingga 24 jam.

Dari jenisnya, lanjut Frida, ada insulin yang bekerja cepat, pendek, menengah, hingga kerja panjang. Setiap insulin memiliki sifat berbeda. ­Konsultasi dengan dokter sangat dibutuhkan untuk mengetahui jenis insulin apa yang dibutuhkan anak.

“Karena kondisi setiap anak juga berbeda. Kebutuhan mereka juga.”

Dalam kondisi yang khas pada setiap anak tersebutlah peran orangtua sangat dibutuhkan. Orangtua harus menjadi pengontrol dan penjaga ketepatan waktu dan dosis insulin yang akan diberikan pada anak. Sesuai dengan ­kegiatannya yang mungkin juga berbeda setiap hari. (X-7)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya