Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
HAMPIR 99% kapasitas koleksi bacaan digital milik Perpustakaan Nasional (Perpusnas) belum dimanfaatkan masyarakat. Perpusnas perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang adanya koleksi bacaan digital yang bisa diakses tanpa perlu hadir ke Gedung Perpusnas di Jakarta.
"Kapasitas digital itu baru digunakan 1,5%. Berarti hampir 99% masih idle atau belum dimanfaatkan. Tentu ini bukan disebabkan orang tidak mau, tetapi perlu sosialiSasi bagaimana orang membaca buku lewat Perpusnas," kata Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat membuka Rapat Koordinasi Nasional bidang Perpustakaan di Gedung Perpusnas Jakarta, kemarin.
Perpusnas, lanjutnya, harus bisa mengimbangi kebutuhan masyarakat yang aksesnya semakin dipermudah dengan adanya teknologi informasi.
"Sekarang dunia berubah dalam bentuk kecepatan, apalagi di era digital ini orang membeli martabak saja bisa lewat internet, membeli buku lewat internet, apalagi membaca buku," tambah Wapres.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, dari ketersediaan pita lebar frekuensi (bandwidth) Perpusnas sebesar 100 gigabita per detik, pemakaiannya rata-rata dalam sehari hanya 1,3 gigabita per detik. "Dari kemampuan bandwidth sekitar 100 gigabyte per second, sampai hari ini rata-rata yang terpakai hanya sekitar 1,3 gigabyte per second, dengan kemampuan 1,2 juta akses secara bersamaan. Itu artinya, kita masih memiliki potensi sekitar 98 juta akses pada saat yang bersamaan," kata Syarif.
Dengan masih banyaknya kapasitas digital yang belum terpakai itu, Perpusnas berharap masyarakat di seluruh wilayah Indonesia dapat memanfaatkan fasilitas digital milik Perpusnas.
Penelitian Perpusnas pada 2017 menunjukkan kegemaran membaca masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan. Data Perpusnas menunjukkan frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata 3-4 kali per pekan, dengan lama membaca 30-59 menit per buku. Jumlah buku yang ditamatkan rata-rata hanya 5-9 buku per tahun.
Pada kesempatan sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengingatkan perpustakaan nasional untuk tidak hanya punya gedung megah, tetapi juga harus ramai.
Tantangannya ialah bagaimana menarik minat anak-anak Indonesia untuk datang ke perpustakaan. "Perlu dipikirkan gerakan gemar membaca untuk anak-anak usia dini," katanya.
Kesenjangan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes) dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) melakukan penandatanganan nota kesepahaman untuk mengatasi rendahnya tingkat literasi di perdesaan.
Syarif mengatakan terjadi kesenjangan antara literasi di perkotaan dan desa. "Jika dirasiokan secara rata-rata, satu buku ditunggu 5.000 orang, tapi kalau bicara tentang perdesaan satu buku ditunggu 15 ribu orang. Jadi, kita rasakan betul, bagaimana rendahnya literasi di desa karena sulit menemukan buku bacaan."
Syarif berharap melalui kerja sama itu, pihaknya bisa membangun sinergitas dengan Kemendes untuk mengatasi rendahnya tingkat literasi di perdesaan.
(Ant/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved