Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
PARTISIPASI masyarakat dalam mengurangi sampah dapat menjadi skema guna mempercepat realisasi target pengurangan sampah di tingkat nasional. Sayangnya partisipasi melalui pemilahan sampah itu baru mencapai 1,7% dari total timbunan produksi sampah.
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal mengatakan timbunan sampah nasional pada 2017 mencapai 66,5 juta ton. Pengurangan 1,7% sampah oleh masyarakat dilakukan dengan cara pemilahan sampah organik dan nonorganik dan bank sampah.
Pengurangan sampah oleh masyarakat akan lebih besar lagi apabila semua masyarakat memiliki perilaku memilah sampah sebelum dibuang. Dengan demikian, volume sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) berkurang.
"Dari partisipasi masyarakat diharapkan ada pengurangan sampah sebelum diolah," kata Novrizal seusai meninjau pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan proyek 3R (reduce, recycle, reuse) di Kota Balikpapan, Kalimatan Timur, kemarin.
Ia mengungkapkan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), target pengurangan sampah ditetapkan 5.538.635 ton hingga 2018. Namun, pengesahan Peraturan Presiden Nomor 97/2017 tentang Pengurangan Sampah mengharuskan adanya akselerasi pengurangan sampah nasional tahun ini hingga 11.970.000 ton.
"Perpres tersebut meminta agar masalah timbunan sampah dapat lebih cepat ditangani," ujarnya.
Salah satu contoh kecil pengelolaan sampah berbasis masyarakat dilakukan warga sejumlah kelurahan di Kota Balikpapan. Mereka memilah sampah dari sumbernya.
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan Kementerian LHK Tri Bangun L Sony mengatakan Pemerintah Kota Balikpapan mengelola sampah berbasis 3R sejak 2016. Sampah rumah tangga dipilah-pilah dari sumbernya dan dikumpulkan di halte sampah. Sampah hasil pemilahan yang terkumpul di halte sampah kemudian pada waktu tertentu dibawa ke bank sampah.
Selain itu, Balikpapan memiliki fasilitas pengolahan sampah Material Recovery Facility (MRF). Petugas di MRF akan terlebih dahulu memilah sampah yang tercampur ke dalam 39 jenis untuk kemudian dijual ke industri daur ulang. Sementara itu, sampah organik hasil pemilahan masyarakat diproses untuk dijadikan pupuk kompos.
Kurangi biaya
Di tempat yang sama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan Suryanto mengatakan pengelolaan sampah rumah tangga oleh masyarakat berhasil mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA. Hal tersebut sekaligus menambah umur TPA dan mengurangi biaya untuk pembuatan TPA.
Menyiapkan TPA membutuhkan biaya tinggi karena harus menyediakan lahan dan infrastruktur penunjang, di antaranya pembangunan zona landfill dan kolam limbah air lindi. "Untuk membangun TPA Manggar dibutuhkan dana Rp156 miliar," ucapnya.
Suryanto lalu menjelaskan, TPA Manggar memiliki tiga zona. Setiap zona rata-rata dapat menampung sampah selama 12 tahun. "Zona 1 dan 2 sudah penuh," ucapnya.
Menurut data, volume sampah yang diangkut ke TPA Manggar sekitar 130 ton pada 2016. Oleh karena itu, ia meyakini pengelolaan sampah berbasis masyarakat lebih efisien dari segi biaya bila dibandingkan dengan membangun TPA baru dalam menanggulangi masalah sampah.
(H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved