Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
LAUT Natuna, Kepulauan Riau (Kepri) merupakan laut terdepan bagi Indonesia, tapi dari data yang dimiliki Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kondisi terumbu karang di sana tidak ada yang dalam kategori baik.
Dari 18 stasiun pemantauan terumbu karang, 5 berkondisi cukup, sementara 13 buruk atau jelek. Kategori tersebut didasarkan pada tutupan karang, jika pada angka 0-25%, karang tersebut dikatakan berada pada kondisi jelek.
Sebetulnya tidak hanya Natuna, di wilayah lain pun diteliti dengan hasil kondisi terumbu karang yang berbeda. Kesehatan karang tersebut yang kemudian digunakan salah satu peneliti LIPI P2O, Intan Suci Nurhati, sebagai buku sejarah laut Indonesia.
Intan mengatakan masih banyak orang yang mengira karang ialah batu, padahal karang ialah hewan yang bersimbiosis dengan tumbuhan (zooxanthelae). "Karang tumbuh besar dengan menumpuk lapisan-lapisan menahun, seperti kapur atau kalsium karbonat (CaCO3). Mirip seperti garis tahunan yang kita jumpai di pohon. Komposisi geokimia setiap lapisan itu menyimpan memori tentang keadaan laut pada saat lapisan terbentuk," jelas Intan saat dihubungi akhir Februari lalu.
Menurutnya, fungsi terumbu karang, seperti yang ada di Kepulauan Natuna menunjukkan adanya kenaikan suhu laut sekitar 0,5 derajat celsius selama kurun 1920-2011. Intan juga mengukur komposisi geokimia untuk mengetahui perubahan iklim dan lingkungan laut, seperti laju pemanasan dan pengasaman laut yang sedang terjadi, serta polusi laut. Kesehatan karang dari masa ke masa pun bisa diamati melalui pertumbuhannya.
Lebih lanjut, Intan menjelaskan bagaimana ia menemukan angka kenaikan suhu beserta rentang waktu terjadinya berdasarkan tampilan lapisan pembentuk karang tersebut. Garis tahunan biasanya disebabkan perubahan musim. Hal tersebut memperlihatkan densitas pada suatu waktu. Jika diteropong dengan bantuan teknologi x-ray, terlihat seperti zebra cross. "Ketika suhu lebih hangat, karang menghasilkan skeleton lebih tebal. Sebaliknya, jika suhu dingin, skeleton tipis. Nanti di hitung saja garis tahunnya. Sementara untuk kenaikan suhu manifestasinya dari kadar kimia yang dikandung terumbu karang," tambahnya.
Ancaman pengasaman laut
Intan mengatakan jenis terumbu karang yang ditelitinya adalah genus Porites, sudah bermasa hidup ratusan tahun. Pada Kepulauan Natuna tinggi terumbu karang bisa mencapai 3,5 meter yang diperkirakan sudah berumur 250 tahun. Sebetulnya, lanjutnya, banyak terumbu karang bisa hidup hingga 500 tahun, tetapi itu sangat sulit sekali ditemukan.
Selain perubahan suhu yang meningkat secara tiba-tiba dapat mengakibatkan kondisi coral bleaching, pengasaman laut pun menjadi ancaman. Penyebabnya, adanya peningkatan gas rumah kaca di atmosfer yang kemudian diserap laut. Jika CO2 meningkat pada laut, tingkat keasaman pun meningkat. Akibatnya banyak biota laut bercangkang yang tidak bisa tumbuh dengan baik.
Intan juga menyinggung kondisi Teluk Jakarta yang sudah sulit sekali ditemukan terumbu karang lantaran sedimentasi yang tinggi. Pun dengan Kepulauan Seribu bagian tengah, seperti Pulau Pari. Meski masih ada terumbu karang hanya visibilitas dalam laut yang sudah tidak bagus. "Baru menyelam lima meter di Kepulauan Seribu, visibilitas sudah tidak baik. Bagaimana terumbu karang hidup sementara hewan tersebut butuh cahaya matahari untuk bertumbuh," imbuh Intan.
Kerja sama masyarakat dan pemerintah
Kondisi terumbu karang di setiap daerah memang berbeda karena luasan Indonesia yang besar dengan pola iklim berbeda pula. Data terkait perubahan iklim yang ditengok melalui biota laut pun, kata Intan, tidak hanya berguna untuk membuat strategi adaptasi perubahan iklim di negara kita sendiri, tetapi juga kawasan Indo-Pasifik.
Hal itu disebabkan lokasi geomaritim Indonesia yang diapit dua samudra dengan dinamika lautnya yang kompleks. Begitu besarnya manfaat terumbu karang berbanding terbalik dengan kesehatannya. Riset LIPI P2O yang dilakukan sejak 1998 melalui Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap), menunjukkan hanya 30% terumbu karang kita dalam kondisi baik dan sangat baik. Padahal, Indonesia berada di titik nexus, pusat biodiversitas karang di kawasan coral triangle dengan pusat di Indonesia bagian timur serta Filipina.
"Perlu kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, baik yang hidup di pesisir maupun tidak. Terumbu karang ekosistem penting bagi keseimbangan lingkungan laut, food security, dan juga sektor pariwisata. Harus diingat, terumbu karang itu hanya tumbuh sekitar 1-2 sentimeter per tahun," ujar Intan lagi yang mulai meneliti terumbu karang sejak 2005.
Menurutnya, banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu terumbu karang tetap hidup dengan baik dan sehat, mulai penggunaan jangkar dengan buoy yang akan mengurangi penggunaan jangkar lempar. Lalu untuk masyarakat pesisir, hentikan praktik penangkapan dengan bom ataupun sianida.
Sementara itu, di tingkatan pemerintah, penanggulangan limbah yang efektif untuk mengurangi input nutrien dan penghijauan kawasan sungai dan pesisir untuk mengurangi sedimentasi akan membantu kelestarian hidup karang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved