Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Imunisasi Cegah Radang Otak

Indriyani Astuti
03/3/2018 11:33
Imunisasi Cegah Radang Otak
(enteri Kesehatan Nila Farid Moeloek (tengah) bersama Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti (kanan) menghadiri imunisasi massal cegah radang otak Japanese Enchepalitis (JE) di SMPN 1 Tabanan, Bali, Kamis (1/3/2018)--ANTARA/Wira Suryantala)

PENYAKIT Japanese ­Encephalitis (JE) atau radang otak hingga kini belum ada obatnya. Oleh karena itu, imunisasi ialah cara yang paling efektif untuk mencegah JE.

Demikian dikatakan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moelek saat dimulainya pencanangan kampanye imunisasi JE yang dimulai di Bali. Ia optimistis imunisasi tersebut bisa mencakup 95% dari total sasaran 962.810 anak di provinsi tersebut sehingga tercipta kekebalan terhadap virus JE.

Menurut Menkes, imunisasi JE bertujuan mencegah penyakit radang otak (ensefalitis) dan berfungsi meningkatkan kekebalan individu terhadap virus JE.

“Kegiatan ini akan berlangsung selama dua bulan penuh dengan sasaran anak berusia 9 bulan sampai kurang dari 15 tahun,” katanya, Kamis (1/3).

Virus JE merupakan penyebab utama penyakit ensefalitis virus di Asia, termasuk di Indonesia. Manusia dapat terinfeksi virus JE yang bersumber dari binatang (zoonosis) dan ditularkan melalui vektor penyebar virus JE, yaitu nyamuk Culex yang terinfeksi virus JE.

Jenis nyamuk tersebut banyak ditemukan di sekitar rumah, antara lain area persawahan, kolam, atau selokan (daerah yang selalu digenangi air). Adapun reservoirnya ialah babi, kuda, dan beberapa spesies burung. Jadi, manusia merupakan inang terakhir (dead-end hosts).

“JE dapat menimbulkan kematian. Bila bertahan, biasanya terdapat gejala sisa yang berat, termasuk kelumpuhan dan keterbelakangan mental,” ujar Menkes.

Hasil surveilans sentinel pada 2016 yang dilakukan di 11 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 326 kasus acute encephalitis syndrome (AES) atau dampak JE dengan 43 kasus (13%) di antaranya positif JE.

Tanda klinis JE tidak dapat dibedakan dengan penyebab lain dari AES sehingga konfirmasi laboratorium menjadi sangat penting. Kasus JE adalah kasus AES yang telah dikonfirmasi positif dengan pemeriksaan laboratorium (IgM) positif.

Sembilan provinsi
Sebanyak 85% kasus JE di Tanah Air terdapat pada kelompok usia 15 tahun dan 15% pada kelompok usia lebih dari 15 tahun. Data surveilans kasus JE pada tahun yang sama menunjukkan terdapat sembilan provinsi yang melaporkan adanya kasus JE, yakni Bali, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau. Kasus JE terbanyak terdapat di Provinsi Bali.

Imunisasi didahului dengan upaya pemberian imunisasi secara massal pada Maret sampai dengan April mendatang, termasuk penyisiran (sweeping). Sweeping ke rumah-rumah dilakukan untuk menjangkau sasaran yang belum diberikan imunisasi karena sakit, sedang bepergian, orangtua mereka sibuk, atau karena tidak mengetahui adanya imunisasi JE.

Pelayanan imunisasi dilakukan di pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan, antara lain di pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak, SD/MI/sederajat, SDLB dan SMP/MTs/sederajat dan SMPLB, posyandu, polindes, poskesdes, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Menkes menegaskan vaksin yang digunakan sudah mendapatkan rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sertifikat pelulusan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM). (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya