Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
REKTOR Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof. Panut Mulyono mengatakan Profesor Sardjito telah diusulkan menjadi pahlawan nasional di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Ini adalah pengusulan yang kedua, dulu zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah," kata Panut di sela "Seminar Nasional dalam Rangka Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Prof Dr Sardjito, M.P.H." di Jakarta, Selasa (27/2).
Dia mengatakan Rektor UGM pertama itu belum kunjung ditetapkan sebagai pahlawan karena saat SBY menjabat kepala negara terdapat nominasi tokoh yang lebih kuat untuk mendapatkan pengakuan pemerintah, yaitu Bung Karno dan Bung Hatta.
Panut menduga pemerintahan SBY saat itu juga tidak mungkin menetapkan banyak nama sebagai pahlawan dalam rentang satu tahun sehingga Sardjito belum kunjung ditetapkan.
"Karena dalam satu tahun jumlahnya diusulkan terbatas barangkali ya. Saat itu sudah sampai tahap akhir tapi tidak sampai diputuskan jadi pahlawan," ujarnya, menduga.
Panut mengatakan dirinya bersama tim sudah menyiapkan naskah akademik untuk dikaji oleh pemerintah sehingga Sardjito dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional, termasuk kelengkapan lainnya. Naskah akademik itu serupa dengan yang pernah diusulkan saat Presiden SBY dan ditambah dengan pembaruan data terkini yang diperlukan.
Berdasarkan sejumlah naskah akademik, Profesor Sardjito adalah mantan Rektor UGM pertama, dan setelah itu menjadi rektor Universitas Islam Indonesia.
Di masa awal Indonesia berdiri, Sardjito ikut berjuang membantu tentara dengan menciptakan makanan ransum berupa Biskuit Sardjito sehingga para tentara pelajar tidak akan terkendala kelaparan saat berperang.
Sardjito juga membantu Jenderal AH Nasution mengenalkan komunikasi sandi sehingga tentara Indonesia dapat menghindari terinfeksi penyakit di kawasan dengan wabah penyakit.
Saat terjadi peristiwa Bandung Lautan Api, Sardjito berupaya menyelamatkan aset penelitian virus di Institut Pasteur Bandung dengan menyelundupkannya menuju Klaten menggunakan sapi sebagai inang. Jika tidak menggunakan sapi sebagai inang virus maka tentara pendudukan dapat menyita aset penelitian itu saat di perjalanan atau bahkan sampel itu akan rusak karena terkendala alam.
Sardjito juga menemukan obat penyakit batu ginjal dari tempuyung dan obat penurun kolesterol. Dia selalu menginginkan hasil temuannya itu dijual dengan murah saja agar dapat terjangkau oleh rakyat Indonesia saat itu.
"Perjuangannya di era yang sangat terbatas, beliau gigih membantu tentara mencari obat, meneliti penyakit-penyakit yang menjangkiti rakyat, bagaimana usahanya mengatasi pengobatan penyakit itu," kata Panut.
Saat terjadi pertemputan pejuang Indonesia melawan kembalinya penjajah di Jakarta, Bandung dan Surabaya, Sardjito yang juga peneliti dan organisatoris ikut menyelundupkan aset ilmu pengetahuan berupa buku-buku kedokteran agar tetap selamat menuju Klaten dan Solo menggunakan kereta api. Pada saat yang sama Institut Pasteur juga dipindahkan ke Klaten.
Ketika ikut membidani lahirnya UGM yang saat itu bernama Iniversiteit Negeri Gadjah Mada, Sardjito membenamkan nilai-nilai Pancasila di kampus terkemuka di Indonesia tersebut.(Ant/OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved