Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Siswa Butuh Bimbingan Karier

Syarief Oebaidillah
27/2/2018 10:15
Siswa Butuh Bimbingan Karier
(Guru memberi materi pelajaran kepada siswa di laboratorium bahasa SMKN 1 Tulungagung, Jawa Timur, beberapa waktu lalu--- ANTARA/DESTYAN SUJARWOKO)

BANYAK mahasiswa yang telah kuliah di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu lantas mendadak pindah kampus dengan jurusan yang berbeda pula. Tentu hal tersebut patut disayangkan karena membuang waktu, pikiran, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.

Ternyata menurut survei yang disponsori Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, kebanyakan siswa SMA, SMK, dan madrasah aliah (MA) merasa kurang memperoleh informasi, data, serta bimbingan secara menyeluruh dan komprehensif terkait dengan kesempatan kerja, tren pekerjaan pada 5 tahun hingga 25 tahun yang akan datang. Akibatnya, sebesar 92% siswa SLTA sederajat tersebut tidak mengetahui cita-cita mereka di masa depan.

Di sisi lain, menurut berbagai institusi layaknya McKinsey Institute dan Price Waterhouse Cooper, pada periode 2030-2045 Indonesia membutuhkan tenaga kerja terampil 113 juta hingga 130 juta orang. Selain itu, perencanaan karier siswa di masa datang belum mendapat porsi perhatian yang utama sehingga mereka sering salah mengambil jurusan (44%).

“Siswa SLTA sederajat memilih karier secara dominan dipengaruhi orangtua. Orangtuanya insinyur, siswa cenderung memilih program studi atau prodi rekayasa. Demikian juga jika orangtuanya guru, siswa cenderung memilih menjadi guru atau dosen (guru besar). Begitu pun dengan profesi lain,” papar Direktur Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti Paristiyanti Nurwardani menjawab Media Indonesia, kemarin (Senin, 26/2).

Kemenristek Dikti percaya bahwa setiap siswa merupakan individu yang unik dan punya talenta luar biasa serta potensi diri yang siap dikembangkan untuk kejayaan Indonesia di masa datang, khususnya saat memasuki Indonesia Emas, yakni 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

“Karena itu, kita harus berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. Berdasarkan hal tersebut, Kemenristek Dikti berupaya menyiapkan informasi dan panduan untuk membantu siswa SMA, SMK, dan MA melalui berbagai penyiapan,” ujar Paristiyanti.

Delapan langkah
Ada delapan langkah penyiapan para siswa. Menurutnya, penyiapan bermula dari identifikasi potensi diri serta penyiapan data dan informasi PTN dan PTS. Untuk mendapat informasi tersebut, siswa dapat melihat Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD Dikti), melalui website www.ristekdikti.go.id, call center 1500661, dan Pintu (Pusat Informasi dan Layanan Terpadu) Kemenristek Dikti.

Selain itu, siswa perlu diberikan informasi karier, informasi jenis pekerjaan yang akan tren di masa akan datang, belajar merencanakan kuliah dan meniti karier sesuai minat dan bakat, informasi persiapan tes ke perguruan tinggi, kemungkinan mata kuliah yang akan dipelajari di perguruan tinggi, dan perkiraan gaji dari profesi yang dipilih.

Delapan hal itu dapat diikuti dan dicoba secara gratis oleh para siswa melalui salah satu platform start up bernama www.youthmanual.com yang disponsori Kemenristek Dikti atas arahan Menristek Dikti Mohamad Nasir atau dapat juga menggunakan platform lain yang tersedia dan mudah diakses.

Strategi itu terutama juga akan diterapkan Kemenristek Dikti pada siswa SMA, SMK, serta MA di Papua, daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta daerah perbatasan pada Maret 2018. Dengan demikian, para siswa dapat mendeteksi minat dan bakat serta potensi diri calon mahasiswa agar dapat memperoleh gambaran perencanaan karier yang sesuai minat dan merencanakan kuliah jauh hari sebelumnya.

Kemenristek Dikti sangat percaya Papua, daerah 3T, dan perbatasan dapat berkembang pesat layaknya pulau lain jika generasi muda merencanakan dan memilih karier yang sesuai dengan potensi diri dan lingkungan. Pihaknya juga akan bekerja sama dengan Kemendikbud melalui Direktorat Pembinaan SMA, SMK, dan MA, serta Kemenag. “Mari membangun bangsa dan negara tercinta Indonesia melalui informasi dan data potensi diri, minat, dan bakat generasi muda Indonesia,” tandas Paristiyanti.

Peran orangtua
Pada bagian lain, Fitriyani sebagai dosen Psikologi Pendidikan Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta berpendapat banyak siswa atau mahasiswa yang tidak mengenali diri yang sesungguhnya. Mereka tidak tahu kelebihan dan kekurangan diri serta kurang mengenali minat yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan sistem pendidikan yang masih cenderung memandang semua siswa harus pandai.

“Para siswa menjadi sibuk mengejar nilai tinggi pada semua bidang tanpa mengenali lagi diri dan bidang yang sesungguhnya ia sukai dan kuasai,” tegas Fitriyani.

Proses pembelajaran juga masih cenderung satu arah, sehingga para siswa tidak punya kesempatan menyampaikan pikiran dan perasaan. Hal tersebut diperparah dengan sikap orangtua yang menekan anak untuk mencapai nilai setinggi-tingginya tanpa memandang potensi atau keterbatasan dan minat anak. Akibatnya seorang anak sekadar memenuhi kewajiban tanpa disertai usaha mendalami minat dan bakatnya.

Ia menyarankan orangtua perlu bersikap lebih terbuka dan bijak terhadap minat dan potensi sang anak. Orangtua hendaknya banyak mendampingi anak sambil berdialog dan melihat perkembangan hasil belajar. Bicarakan pelajaran yang disukai dan bernilai baik atau buruk. (S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya