Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

ISI Yogyakarta Anugerahi Gelar Kehormatan Untuk Putu Wijaya

Agus Utantoro
20/2/2018 08:30
ISI Yogyakarta Anugerahi Gelar Kehormatan Untuk Putu Wijaya
(ANTARA/DODO KARUNDENG)

INSTITUT Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta akan menganugerahkan gelar kehormatan, Doctor Honoris Causa (Dr. H.C.) kepada sastrawan Putu Wijaya dalam sebuah upacara akademis di depan Sidang Senat Terbuka pada Rabu (21/2).

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, Prof Yudi Aryani, Selasa (20/2) mengatakan Putu Wijaya dinilai telah menunjukkan jasa dan karyanya yang luar biasa bagi pengembangan ilmu dan seni, khususnya teater, serta penemuannya bagi peningkatan kualitas penerapan nilai-nilai karakter bangsa.

Menurut dia, penganugerahan Dr H.C, adalah suatu capaian pengakuan tertinggi di ranah akademik berdasarkan suatu proses pembelajaran yang dilakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh dari proses panjang berkesenian Putu Wijaya yang akan disampaikan di hadapan Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta.

Dia menjelaskan, penganugerahan ini tidak mendadak, namun sudah melalui proses yang sangat panjang yang diawali dari pengusulan yang disampaikan pada 2016 lalu. "Usulan dari tingkat jurusan atau program studi, naik hingga tingkat fakultas dan akhirnya mendapat persetujuan di tingkat institut dan kemudian menunggu penetapan di kementerian," katanya.

Pemilik nama I Gusti Ngurah Putu Wijaya, SH, pernah menjadi tenaga pengajar luar biasa (TPLB) Jurusan Teater ISI Yogyakarta dari tahun 2004 hingga 2007, salah satunya dengan melakukan kegiatan kolaborasi antara Teater Mandiri dengan mahasiswa Jurusan Teater untuk pentas keliling ZOOM tahun 2007.

Selanjutnya pada 2010 Putu terlibat menjadi pemain dalam pementasan lakon KERETA KENCANA yang disutradarai oleh Adinda Usin Muka untuk ujian Tugas Akhirnya pada 2010 di Concert hall Taman Budaya Yogyakarta.

Putu dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali 11 April 1944. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan kegemarannya pada dunia sastra. Setelah selesai sekolah menengah atas, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan budaya. Di Yogyakarta, selain kuliah dan lulus di Fakultas Hukum, UGM, ia juga mempelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni Drama dan Film (ASDRAFI), dan meningkatkan kegiatannya bersastra.

Dari Fakultas Hukum, UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969). Dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya sebagai seniman.

Selama tinggal di Yogyakarta, kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater. Ia pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa pementasan, antara lain dalam pementasan BIP BOP (1968) dan Menunggu Godot (1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu. Selain itu, ia tampil dalam karyanya sendiri Bila Malam Bertambah Malam (1967), dan Lautan Bernyanyi (1969).

Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta. Di bidang seni modern di Indonesia. Putu Wijaya adalah fenomena. Kehadirannya menjadi kontribusi nyata bagi kreativitas dan produktivitas luar biasa seniman yang memilih sastra dan teater sebagai pilihan hidup.

Pengaruhnya cukup dominan terhadap sastrawan maupun dramawan sesudahnya. Dengan satu keunikan yang semakin jelas, yaitu Putu Wijaya berhasil membawa gaya baru penulisan baik naskah drama maupun karya fiksi di Indonesia.

Sampai di umurnya ke-74 saat ini. Di saat Putu menjalani proses penyembuhan dari sakitnya, tetap saja karyanya mengalir deras. Bahkan bertambah dengan kanvas lukisnya. Selama sakit fisiknya itu rupanya dia tidak mau sakit otak dan batinnya.

Dia masih terus berkarya. Masih akan membuat ratusan drama pendek. "Semangatnya untuk berkarya di bidang kesenian memang luar biasa," imbuhnya.

Pada penganugerahan itu, Putu Wijaya akan menyampaikan pidato ilmiah berjudul Tradisi Baru. Dalam pidato itu Putu menjabarkan ruang-ruang pembebasan pada nilai tradisi kedaerahannya.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya