Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
BANYAK perubahan yang dialami ibu saat sedang mengandung si buah hati, seperti perubahan fisik, perubahan hormon, dan perubahan suasana hati. Selama masa kehamilan, semua yang hal yang ibu makan, rasakan, dan pikirkan, dapat mempengaruhi janin di dalam kandungan. Anastasia Satriyo, psikolog klinis anak, mengatakan bahwa semakin sang ibu merasa bahagia, maka janinnya juga bahagia. Oleh karena itu, penting sekali untuk ibu memiliki emosi bahagia.
Masalahnya, seorang ibu tidak bisa merasa bahagia terus menerus. Kondisi seperti mual, muntah, sakit pinggang, atau sesak nafas dapat membuat ibu cepat kesal atau suasana hatinya turun. Maka, Anastasia mengingatkan bahwa selain kesiapan fisik, kesiapan mental juga diperlukan pada saat kehamilan. “Jika mentalnya siap, maka kita bisa menerima semua perubahan dengan lebih bahagia,” jelas Anastasia (14/12) saat ditemui di acara kampanye #senangjadiibu dari Mothercare di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat.
Jaga emosi saat hamil
Setiap ibu memiliki kondisi dan aktivitas yang berbeda. Untuk mengetahui apakah ibu boleh aktif atau tidak saat hamil, Anastasia menyarankan agar ibu untuk konsultasi dengan ahli. “Jangan percaya mitos,” tegasnya. “Kita boleh dengar mitos dan pengalaman orang lain, tapi kondisi setiap ibu hamil itu berbeda. Pastikan konsultasikan dengan orang yang ahli,” tambah Anastasia.
Ia juga mengajak para ibu untuk mengenali diri sendiri untuk mengetahui kapasitas dan batasan diri. “Jadi, kita cari tahu apa yang kita suka, batasannya apa saja, dan senang atau tidak saat melakukannya. Karena senang menurut kita mungkin berbeda dengan senang menurut orang lain,” jelas Anastasia.
Jika ibu sudah kepalang merasa kesal atau marah, Anastasia menyarankan agar ibu lebih memerhatikan diri sendiri. “Kuncinya adalah self-care. Kita membuat diri kita senang dengan melakukan aktivitas seperti yoga, pilates, atau sekarang yang sedang tren yaitu babymoon. Babymoon tidak perlu pergi ke tempat yang jauh. Yang penting kita bisa rileks karena ini adalah momen terakhir kita dengan suami sebelum nanti anak lahir,” katanya.
Kenali juga tentang baby blues
Setelah bayi lahir, biasanya kegembiraan menghampiri semua keluarga. Namun ada sebagian ibu yang mengalami baby blues atau kondisi yang dialami ibu setelah melahirkan. Anastasia menjabarkan, “Kondisi ini ditandai dengan mood swing dan mudah menangis. Ini situasi yang kompleks karena ada pengaruh hormon ibunya juga.”
Perubahan situasi di luar zona nyaman seperti biasanya di rumah kini harus di rumah sakit, kondisi bayi yang tiba-tiba kuning atau Air Susu Ibu (ASI) yang tidak keluar, itu dapat memengaruhi ibu mengalami baby blues. Baby blues biasanya terjadi di 2-5 hari pertama, dan biasanya terminnya hingga 2 minggu. Jika lebih dari itu, Anastasia menyarankan agar ibu mencari tenaga profesional sedini mungkin. Selain tenaga profesional, sekarang banyak komunitas yang menjadi wadah bagi para ibu untuk berbagi cerita.
Selain itu, diperlukan peran ayah untuk menjaga ibu tetap senang sehingga dapat mengurangi kondisi baby blues pada ibu. “Nanti kalau ASI ibu tidak keluar, jangan ada pihak lain yang menekan ‘kok anaknya berat badannya kurang?’. Itu peran suami adalah pada saat ibu yang mengurus anak, suami yang back up. Jadi suami yang menceritakan bahwa ‘tidak apa-apa, ini sedang proses’ gitu. Jadi kerja sama dengan suami sangat penting,” kata Anastasia.
Ayah bukan second class parent
Ada sebuah peribahasa “It takes a village to raise a child”. Merawat anak yang telah lahir harus dilakukan bersama yaitu dirawat oleh keluarga dan kedua orang tuanya. Setiap orang tua memiliki peran masing-masing. Menurut Anastasia, ayah berperan membantu hal teknis seperti mengganti popok atau memeluk anak saat ibunya ingin tidur sebentar, sementara ibu adalah figur yang mengerjakan rutinitas sehari-hari seperti memberi makan.
Di usia 2-4 tahun, ayah berperan untuk mengajak main anak. “Biasanya kita bilang sama ayah itu rush and tumble play, yaitu main guling-gulingan, lari ke sana-sini. Eksplorasi, senang main, dan mencoba hal baru itu didapat dari ayah,” ujar Anastasia.
Anastasia menekankan bahwa ayah berperan penting pada kehidupan anak. Ia menuturkan, “Kalau melihat ayah membantu anak mengeksplorasi hal baru, berarti itu membantu anak untuk percaya diri dan meningkatkan kreativitas. Jika kita lihat ada anak yang tidak percaya diri atau malu, itu kita perlu cek bagaimana keterlibatan ayahnya.” Di usia remaja dan dewasa, peran ayah juga membantu untuk menentukan karier anaknya. “Kita lihat ayah bekerja dan ibu bekerja, nah itu memberikan pengalaman pada anak bahwa di dalam hidup saya ini banyak hal yang bisa saya lakukan,” Anastasia menambahkan.
Wadah untuk berbagi
Pengalaman menjadi orang tua baru biasanya menggembirakan sekaligus menegangkan. Banyak hal baru yang belum diketahui. Oleh karena itu, selain saran dari tenaga ahli dan profesional, perlu wadah bagi orang tua untuk bisa saling berbagi dan saling menginspirasi.
Mothercare, riteler produk kehamilan, bayi, dan anak-anak, menyediakan komunitas digital di mana para orang tua bisa berbagi kisahnya di website, Instagram, atau Facebook. Setiap orang tua bisa membagikan kisahnya mempersiapkan diri menjadi orang tua dengan menggunakan hashtag #senangnyajadiibu dan tag Mothercare. Kampanye ini akan dimulai tanggal 14 Desember - 28 Desember 2017 di seluruh platform digital Mothercare. Bagi para ibu dengan cerita paling menarik akan mendapatkan hadiah berbelanja gratis selama setahun, satu paket cot bed, dan stroller Nanu di Mothercare.(OL-08)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved