Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Kelola Dini Obesitas Anak

Denny Parsaulian Sinaga
27/11/2017 10:40
Kelola Dini Obesitas Anak
(AFP/PEDRO PARDO)

MENGELOLA obesitas anak harus dilakukan sedini mungkin sebab dapat menimbulkan penyakit kronis. Hal itu diungkapkan dr Klara Yuliarti SpA(K), staf pengajar dari FKUI dalam diskusi yang di-selenggarakan Forum Ngobras tentang Dampak Jangka Panjang Obesitas Anak, di Jakarta, pekan lalu.

“Jangan merasa tenang saat bayi Anda dikatakan lucu, menggemaskan karena gendut. Ini bisa jadi tanda-tanda obesitas pada anak Anda,” kata dia.

Obesitas, lanjut Klara, dapat memicu komplikasi jangka panjang seperti hipertensi dan gangguan profil lemak yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner. Obesitas juga memicu intole-ransi glukosa yang merupakan awal dari diabetes melitus tipe 2. Komplikasi lain ialah sleep apnea (ganguan tidur), masalah persendian, serta perlemakan hati dan batu empedu. Data penderita obesitas pada anak di Indonesia dapat dilihat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Riskesdas menggunakan kriteria perbandingan tinggi dan berat badan untuk menentukan anak obesitas, dan angkanya sekitar 11,9%.

Selain dari Riskesdas, beberapa penelitian lokal menunjukkan prevalensi obesitas pada anak SD, antara lain penelitian 3 SD swasta di Jakarta Timur menunjukkan 27,5% anak obesitas dari 2.292 anak. “Artinya satu dari 4 anak mengalami obesitas,” imbuhnya.

Selain itu, untuk anak SD usia 10-12 tahun di lima wilayah DKI Jakarta ditemukan 15,3% anak obesitas dari 600 anak.

Menurut dr Klara Yuliarti SpA(K), kriteria obesitas yang benar ialah mengukur body mass index, tidak sekadar perbandingan tinggi dan berat badan. Penyebab obesitas sendiri multifaktorial. Bahkan faktor genetik yang terlibat dalam obesitas pun bukan hanya satu gen. “Justru faktor lingkungan yang lebih berperan besar,” ujar Klara.

Salah satu langkah penting dalam mencegah obesitas adalah mengurangi asupan gula. WHO merekomendasikan asupan gula bebas pada anak maupun dewasa, kurang dari 10% total asupan kalori dalam sehari. Yang dimaksud gula bebas adalah monosakarida dan disakarida yang ditambahkan ke makanan dan minuman olahan, termasuk gula alami pada madu, sirup, jus buah, dan buah-buahan kaya kalori. (Yan/H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya