Hantu dan Energi Sejarah

DIRJEN Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan, ada energi yang besar dari anak muda saat ini untuk memelajari sejarah. Hal itu, kata dia, bukan melulu melalui bangku kuliah tapi juga lewat film. “Di luar sana banyak anak muda yang mulai tertarik buat film dokumenter atau film pendek berlatar belakang sejarah,’’ ujarnya saat menghadiri acara Jumpa Alumni Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat , Sabtu (18/11).

Pria kelahiran Bonn, Jerman yang merupakan alumnus sejarah UI angkatan 1987 ini menyatakan, ilmu sejarah kini semakin berkembang. Banyak tema yang bisa dijadikan bahan skripsi atau pun disertasi. “Sewaktu saya bikin skripsi soal peran bahasa, khususnya Melayu, bagi pergerakan nasional saja, sudah dianggap aneh. Sekarang banyak yang bisa dijadikan tema penelitian ilmu sejarah, entah dari sisi ekonomi maupun budaya.”

Dalam kesempatan itu, Fay, demikian pria ini akrab disapa, juga bertutur soal hantu. Dulu, katanya, sewaktu kampus UI pindah dari Rawamangun ke Depok, cerita yang menonjol adalah soal hantu. Dan itu konon diyakini oleh sebagian besar mahasiswa UI dan juga warga di sekitar lingkungan kampus.

“Pernah malam-malam di jalan setapak saya berpapasan dengan beberapa warga yang hendak pulang ke daerah Kukusan di belakang kampus. Karena jalannya pas-pasan cuma bisa dilewati satu orang, saya pun menepi naik ke atas batu. Begitu melihat saya, mereka pun langsung teriak ”hantu”. Saya baru sadar ternyata rambut saya gondrong sebahu. Rupanya ” hantu” nya adalah kita (mahasiswa), yang waktu itu banyak yang gondrong,” ujar Fay, yang disambut gelak tawa sejumlah dosen, mahasiswa, dan alumnus UI yang hadir. (E-2)