Pangkas Prodi tidak Diperlukan

PERGURUAN tinggi diimbau berbenah diri, antara lain dengan melakukan perampingan program studi (prodi) yang tidak lagi diperlukan pasar dan industri. Hal itu perlu dilakukan guna memacu pembangunan bangsa dalam berbagai bidang dan seiring dengan perkembangan kemajuan global. “Kami berharap kalangan perguruan tinggi harus merampingkan prodi-prodi yang kurang diperlukan pasar dan industri. Lakukan penggemukan pada prodi yang dibutuhkan. Jika belum mempunyai prodi yang sesuai dengan kebutuhan industri, silakan dibuka,” kata Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek dna Dikti) Paulina Pane dalam sarasehan pekan pendidikan tinggi di Jakarta, pekan lalu.

Namun, ia mengingatkan pembukaan prodi harus didasarkan pada kebutuhan negara hingga lima tahun mendatang. Paulina juga meminta dunia perguruan tinggi tidak terlena dengan doing business as usual. Mereka diminta segera berubah, kreatif, dan kerja cepat. “Perubahan bukan hanya milik pemerintah, melainkan milik kita semua,” ucapnya. Saat ditanya prodi apa saja yang harus dirampingkan dan prodi baru yang harus dibuka, ia menjelaskan saat ini Kemenristek dan Dikti tengah melalukan moratorium pada prodi nonscience, technology, engineering, and math (STEM). “Pembukaan prodi baru hanya diperboleh­kan untuk bidang STEM dan pariwisata,” ujarnya.

Ia juga meminta di era digital ini semua sivitas akademika memiliki literasi digital di semua bidang. Mahasiswa dan dosen, ujarnya, harus melek digital. Sementara itu, Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Asep Saefuddin menegaskan, guna mengisi Indonesia emas pada 2030, sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang andal harus disiapkan dari sekarang. Apalagi, saat ini kita telah memasuki disrupsi ekonomi dan terus akan terjadi disrupsi peradaban. (H-2)