Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Perlu Investasi Lebih untuk Atasi Banjir

THOMAS HARMING SUWARTA [email protected]
25/10/2017 06:01
Perlu Investasi Lebih untuk Atasi Banjir
(ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)

INDONESIA perlu investasi lebih untuk menanggulangi banjir se­iring dengan meningkatnya risiko bencana itu akibat perubahan iklim. Demikian hasil studi Grundfos dan perusahaan sosial yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan, Eco-Business. Studi berjudul Flood Controls in Southeast Asia (Kontrol Banjir di Asia Tenggara) tersebut melakukan survei terhadap 417 pemimpin industri keberlanjutan di Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. “Menurut para responden, suhu rata-rata dan curah hujan di Indonesia telah meningkat. Mereka juga merasa musim hujan dan musim kemarau menjadi kurang bisa diprediksi,” kata Research Director Eco-Business Research, Tim Hill, saat memaparkan hasil studi itu di Jakarta, Selasa (24/10).

Sementara itu, lanjutnya, pemerintah Indonesia menjalankan berbagai solusi mitigasi banjir yang menurut responden ada kebutuhan lebih banyak akan sumber daya dan dana untuk diinvestasikan di area ini. Peningkatkan partisipasi masyarakat juga dibutuhkan dalam pembebasan lahan dan pengelolaan lingkungan. Selain peningkatan investasi, Tim menekankan kolaborasi lebih lanjut antarkementerian dan lembaga di Indonesia diperlukan untuk memastikan perencanaan terpadu demi mengelola banjir yang efektif. “Responden juga me­nyarankan adanya kolaborasi lintas batas geografis dengan negara-negara tetangga karena risiko perubahan iklim juga dihadapi sebagian besar negara di Asia Tenggara,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Project Sales Director Grundfos, Allan Jessen, mengatakan banjir adalah masalah umum yang dihadapi sebagian besar wilayah dataran rendah di kota-kota besar di Asia Tenggara, termasuk sebagian besar kota di Indonesia. Kondisi itu diperparah pertumbuhan penduduk, curah hujan tahunan yang tinggi, dan keterbatasan ruang, penurunan permukaan tanah disertai industrialisasi dan urbanisasi yang memperburuk situasi. “Tentu saja dengan permasalahan dan kondisi geografis seperti ini tidak mudah. Maka sangat penting untuk dapat meminimalisasi kerusakan akibat banjir melalui pengelolaan sumber daya air terpadu. Penerapan teknologi cerdas seperti sensor, grafik animasi hujan, dan solusi pemompaan cerdas adalah kunci untuk menanggulangi banjir di Indonesia,” ujarnya.

Angka kerugian
Hasil studi itu juga memperlihatkan sekitar 86% praktisi pembangunan berkelanjutan lintas sektor di Indonesia percaya bahwa cuaca ekstrem dan perubahan iklim dapat memberikan dampak signifikan pada perekonomian negara. Perubahan iklim dan meningkatnya suhu global, lanjutnya, diperkirakan berdampak pada tinggi permukaan laut dan intensitas curah hujan. Selain itu, hal tersebut menciptakan permasalahan yang serius untuk daerah tropis seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Berdasarkan laporan Organisation for Economic Co-operation and Development, pada 2070 kota-kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Palembang, Surabaya, dan Makassar, diperkirakan bakal kehilangan aset sebesar US$453 miliar akibat cuaca buruk seperti banjir. Dari jumlah tersebut, Jakarta diperkirakan akan mengalami kerugian US$321 miliar. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya