Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
PENGUATAN dan penertiban semua unsur layanan kesehatan dan manajemen rumah sakit (RS) harus dilakukan dengan tepat dan optimal. Khususnya di era berlakunya jaminan sosial nasional atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Hal itu diperlukan untuk memudahkan berlangsungnya proses pengobatan dan menghindari adanya jarak dan tekanan pada tenaga medis atau pasien. “Profesi dan layanan kesehatan harus tertib agar pasien juga bisa terlayani dan menjalankan proses pengobatan dengan tertib,” kata Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pancasila, Yudi Latif, dalam seminar berjudul Etika RS dan Budaya Melayani di Jakarta Convention Center, Kamis (19/10).
Menurutnya, budaya tertib harus ditingkatkan dari segala lini. Mulai manajemen RS hingga standar pelayanan yang diberikan kepada setiap pasien dengan kondisi yang berbeda. “Nantinya juga akan terjalin komunikasi dan hubungan yang baik. Harus terjalin mutual trust antara pasien dan layanan atau tenaga kesehatan,” ujar Yudi. Ia juga berharap layanan dan tenaga medis Indonesia dapat menjalankan tugas dengan maksimal, tanpa terpengaruh berbagai isu sosial yang belakangan terjadi di Tanah Air. Semua layanan kesehatan harus dilakukan dengan menembus batas ideologi dan identitas. “Saya harap itu tidak terjadi,” kata Yudi.
Sementara itu, Sekretaris Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi) Pusat Sintak Gunawan mengatakan, dalam era penerapan jaminan sosial nasional, berbagai kendala memang dihadapi RS dan tenaga medis. Hal itu terjadi bukan hanya di Indonesia, melainkan juga negara-negara lain yang telah lebih dulu menerapkan sistem serupa. Selain tenaga medis dan pasien, kata Sintak, pada umumnya layanan kesehatan di Indonesia masih sangat lemah dalam menghadapi pasien manula. Penanganan di banyak RS masih mengandalkan pendekatan pengobatan penyakit tunggal. Padahal, umumnya manula menderita lebih dari satu atau dua penyakit. Pendekatan pengobatan tunggal kerap menyulitkan pengobatan dan pemantauan risiko setiap penyakit menjadi tidak maksimal. (Pro/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved