Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Pelayanan RS Harus Lebih Tertib

(Pro/H-2)
20/10/2017 05:30
Pelayanan RS Harus Lebih Tertib
(ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

PENGUATAN dan penertiban semua unsur layanan kese­hat­an dan manajemen rumah sakit (RS) harus dilakukan dengan tepat dan optimal. Khususnya di era berlakunya jaminan sosial nasional a­tau Badan Penyelenggara Ja­minan Sosial (BPJS) Kesehatan. Hal itu diperlukan untuk memudahkan berlangsungnya proses pengobatan dan menghindari adanya jarak dan tekanan pada tenaga medis atau pasien. “Profesi dan layanan kesehatan harus tertib agar pasien juga bisa terlayani dan menjalankan proses pengobatan dengan tertib,” kata Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pan­casila, Yudi Latif, dalam seminar berjudul Etika RS dan Budaya Melayani di Jakarta Convention Center, Kamis (19/10).

Menurutnya, budaya tertib ha­rus ditingkatkan dari sega­la lini. Mulai manajemen RS hingga standar pelayanan yang diberikan kepada setiap pasien dengan kondisi yang berbeda. “Nantinya juga akan terjalin komunikasi dan hubungan yang baik. Harus terjalin mutual trust antara pasien dan layanan atau te­naga kesehatan,” ujar Yudi. Ia juga berharap layanan dan tenaga medis Indonesia dapat menjalankan tugas dengan maksimal, tanpa terpe­ngaruh berbagai isu sosial yang belakangan terjadi di Tanah Air. Semua layanan ke­sehatan harus dilakukan dengan menembus batas ideo­logi dan identitas. “Saya harap itu tidak terjadi,” kata Yudi.

Sementara itu, Sekretaris Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi) Pusat Sintak Gunawan mengatakan, dalam era penerapan ja­minan sosial nasional, berbagai kendala memang dihadapi RS dan tenaga medis. Hal itu terjadi bukan hanya di Indonesia, melainkan juga negara-negara lain yang telah lebih dulu menerapkan sistem serupa. Selain tenaga medis dan pasien, kata Sintak, pada umumnya layanan kesehatan di Indonesia masih sangat lemah dalam menghadapi pasien manula. Penanganan di banyak RS masih mengandalkan pendekatan pengobatan penyakit tunggal. Padahal, umumnya manula menderita lebih dari satu atau dua penyakit. Pendekat­an pengobatan tunggal kerap menyulitkan pengobatan dan pemantauan risiko setiap pe­nyakit menjadi tidak maksimal. (Pro/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya