Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Jelmaan Luka

M-2
14/10/2017 04:03
Jelmaan Luka
()

ADA dua kematian mengerikan yang disaksikan Veronika. Pertama, kematian seorang laki-laki yang usianya di pertengahan tiga puluh tahun. Lelaki itu tewas gantung diri di pohon ara, ada keping-keping perak di berserakan di kakinya. Kabarnya lelaki itu gantung diri karena keping-keping perak yang didapatnya untuk membayar utang adalah keping palsu. Dia tidak tahan harus menghadapi algojo penagih utang jika tidak mampu membayar utangnya hari itu.

Namun, itu hanya satu versi cerita yang didengar Veronika, ada juga yang mengatakan bahwa lelaki itu memutuskan bunuh diri karena malu ketahuan menyukai sesama lelaki. Lalu kematian yang kedua ialah yang mesti dialami seorang penjahat setelah tertangkap dan diadili. Ia diarak dengan palang kayu dipikul lemah, sedangkan kawat melilit di kepalanya.

Mulanya, dia bersedih mengasihani kedua orang yang mati itu. Penjahat itu diyakininya pasti tidak ingin mati. Sementara itu, lelaki pertama, andai benar mati karena malu ketahuan menyukai sesama jenis, memilih mati karena malu atas sesuatu yang sebenarnya haknya.

Ya, Veronika masih bisa merasakan kasihan kepada orang lain, padahal hidupnya sendiri tak kalah menyedihkannya. Gadis itu anak bungsu seorang petani miskin. Hasil panen ayahnya setiap tahun hanya pas-pasan untuk menghidupi keluarga. Sementara itu, ibunya sudah lama mati, mungkin karena sudah tidak tahan hidup miskin.

Suatu hari ayahnya yang petani miskin itu jatuh sakit dan tidak mampu lagi pergi ke ladang. Veronika pun harus mencari cara agar mereka berdua tetap makan dan mampu membeli obat untuk ayahnya. Mulanya dia membantu tetangga-tetangganya menyapu atau mencuci makanan demi mendapat upah. Lalu dia mendapat pekerjaan untuk mengurus rumah seorang saudagar kaya baru di Kota Jerusalem, yang jaraknya setengah hari berjalan kaki dari desanya. Ada 12 pekerja di rumah itu. Veronika pulang ke desanya setiap akhir pekan untuk menjenguk dan membelikan persediaan makan untuk ayahnya.

Memutuskan untuk mati

Rumah saudagar kaya itu mulai menjadi neraka bagi Veronika ketika anak sang nyonya rumah meninggal dunia. Saat anaknya sekarat, Veronika disuruh memanggil suaminya pulang. Kala itu, seperti biasanya suaminya sedang berada di tempat hiburan, tempat lelaki kaya tersebut biasa menghabiskan waktunya dengan pelacur dan minuman keras.

Ketika suaminya pulang, anaknya sudah mati. Sang istri menjadi sinting, menyalahkan suaminya yang pergi bersenang-senang saat anaknya sekarat. Dia juga menyalahkan Veronika yang lama memanggil suaminya pulang.

Tubuh Veronika kemudian sering lebam dipukuli nyonya rumah itu. Dia tidak berani melawan karena membutuhkan uang untuk membeli roti dan obat ayahnya. Apalagi di malam sebelumnya, majikan lelakinya memerkosanya. Dia tidak memiliki tempat mengadu.

Veronika pun merenungkan dua kematian yang disaksikannya, dia berpikir ingin menjemput kematian seperti lelaki pertama. Dia ingin menentukan kematiannya sendiri, tidak seperti penjahat yang kehilangan hak untuk memilih kapan dan bagaimana ia harus mati. Karena Veronika pikir, kematian adalah kuasa atas dirinya sendiri.

Itulah kisah Veronika Memutuskan untuk Mati yang menjadi cerita pembuka dalam buku Nokturnal Melankolia karya Angelina Enny. Terdapat 16 cerita dalam buku yang baru diluncurkan di Littletalks Ubud, Sabtu (7/10) itu. Meski tema dan latar settingnya bervariasi, kesemuanya mengangkat kepedihan, tragedi, depresi, atau luka hati.

Di tangan penulis lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini, kepedihan dituangkan menjadi kisah-kisah yang memikat, dengan alur cerita yang mengalir. Di tengah tingginya tingkat stres dan peluang depresi di masyarakat, kehadiran buku semacam ini bisa menjadi manfaat. Orang-orang yang membaca, setidaknya bisa melihat bagaimana berbagai kesulitan hidup, bisa menjelma menjadi inspirasi dan karya yang memikat.

Judul : Nokturnal Melankolia

Penulis : Angelina Enny

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Terbit : 2017

Tebal : 176 halaman



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya