Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Kendalikan Peredaran Rokok

Putri Rosmalia Octaviyani
30/8/2017 03:53
Kendalikan Peredaran Rokok
(MI/Panca Syurkani)

PEMUKA lintas agama mendesak pemerintah untuk lebih serius mengendalikan peredaran rokok di masyarakat. Kerugian secara materi dan kesehatan yang diakibatkan rokok dianggap bertentangan dengan ajaran luhur agama untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan tidak merugikan orang lain.

“Merokok mengandung unsur menjatuhkan diri, membahayakan orang lain, dan juga pemborosan. Tentu itu bertentangan dengan ajaran agama,” kata Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Muhammadiyah, Mukhaer Pakkanna, dalam diskusi berjudul Rokok dan Kemiskinan: Pandangan Pemuka Agama, di Gedung Muhammadiyah, Jakarta, kemarin.

Ia mengungkapkan sejumlah negara telah melakukan pelarangan rokok secara lebih serius. Sementara itu di Indonesia yang merupakan negara berlandaskan ketuhanan atau wajib beragama, soal rokok masih cenderung diabaikan. “Merokok menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan tidak sesuai dengan tujuan syariah,” ujar Mukhaer.

Tokoh agama Katolik Romo Benny Susetyo pada kesempatan yang sama mengatakan rokok diyakini populer di Indonesia karena masyarakat yang kurang produktif.

Oleh karena itu, ia berharap semua pihak, terutama pemerintah, untuk mendukung, mendorong, serta memfasilitasi masyarakat, khususnya kalangan muda untuk ­berkegiatan positif.

“Rokok kemudian menjadi gaya hidup, sementara harga juga tidak tinggi, jadi semakin parah,” ujar Romo Benny.

Menurutnya, bila pengendalian rokok tidak mendapat dukungan secara sistem atau melalui jalur politis, harus dilakukan upaya perubahan pola pikir masyarakat tentang rokok.

Bagi anak muda, hal itu dapat dilakukan dengan menciptakan atau memunculkan role model yang bisa menjadi anutan agar mereka berkembang dan produktif tanpa rokok.

“Akan lebih baik lagi jika pemerintah membuat regulasi untuk menetapkan harga rokok sama dengan harga internasional,” ujar Romo Benny.

Kalah anggaran

Kasubdit Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi Kementerian Kesehatan, Theresia Sandra Diah Ratih, mengatakan untuk mewujudkan Indonesia yang sehat tanpa rokok bukan hal yang mudah. Dibutuhkan dukungan dari lintas instansi, dan tidak hanya dapat dilakukan dari sisi kesehatan.

Selama ini hal tersebut dinilai masih minim. “Bisa dibilang selama ini Kemenkes masih berjalan sendirian meski semakin ke sini dukungan perlahan mulai terlihat,” ujarnya.

Ia juga mengatakan upaya menciptakan role model untuk kalangan muda juga telah dilakukan. Namun, hal itu masih sangat terbatas.

Selain kendala anggaran, ia mengaku kesulitan menemukan sosok muda yang dapat diterima berbagai kalangan yang mau mengampanyekan hidup tanpa rokok dengan total.

“Karena kalau soal menciptakan role model, kita kerap kalah dengan perusahaan rokok yang bisa mendapatkan sosok idola atau anutan anak muda dengan anggaran yang jauh lebih besar daripada yang kami punya,” kata Theresia. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya