Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
BEBAN pengobatan penyakit yang ditularkan nyamuk tergolong tinggi.
Pada 2016, tak kurang dari Rp2 triliun habis untuk pengobatan penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), filariasis, chikungunya, dan japanese encephalitis yang ditularkan nyamuk.
Karena itulah pada peringatan Hari Pengendalian Nyamuk (HPN) di Yogyakarta kemarin, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengingatkan pentingnya upaya pemberantasan nyamuk secara terus-menerus.
"Kalau dihitung, untuk kasus demam berdarah saja yang jumlahnya sebanyak 204.171 menghabiskan Rp986 miliar," kata Nila.
Meski angka kematian akibat DBD di Indonesia sudah turun hingga di bawah 1%, sambung Nila, kita tidak boleh lengah dalam memerangi nyamuk.
"Gerakan 3M (menutup, mengubur, menguras tempat-tempat penampung air) harus tetap dilakukan. Juga pengelolaan lingkungan yang baik," ujarnya pada acara yang digelar di Politeknik Kesehatan Yogyakarta itu.
Untuk mencegah gigitan nyamuk, sambungnya, masyarakat bisa memakai kelambu saat tidur dan menanam tanaman yang memiliki efek antinyamuk di sekitar rumah, seperti tanaman serai.
Di tempat terpisah, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M Subuh mengatakan kebijakan di bidang kesehatan dalam beberapa tahun terakhir telah berhasil menurunkan berbagai persoalan kesehatan di Tanah Air, termasuk pengendalian penyakit yang ditularkan binatang seperti nyamuk.
"Hingga akhir 2006, sebanyak 247 kabupaten/kota telah mencapai eliminasi malaria dan angka mortalitas DBD kini di bawah 1%," jelasnya pada seminar terkait dengan HPN di Yogyakarta, kemarin.
Menurutnya, keberhasilan itu disebabkan semakin meningkatnya kesadaran serta partisipasi masyarakat.
"Peran aktif masyarakat itu penting sekali. Dua sampai tiga tahun terakhir upaya pengendalian nyamuk jauh lebih berhasil karena gerakan masyarakat juga menunjukkan tingkat kontribusi yang semakin baik," tuturnya.
Lingkup keluarga
Pada kesempatan itu, Subuh menekankan pentingnya peran sektor-sektor di luar bidang kesehatan dalam pengendalian nyamuk.
"Justru yang paling berperan adalah orang yang ada di luar sektor kesehatan. Misalnya, yang mengatur persoalan drainase. Jika rawa-rawa, tambak yang tidak terpakai, bekas galian atau selokan yang tergenang drainasenya bisa dikelola dengan baik, ini sudah mengatasi 75%-80% persoalan," paparnya.
Ia pun mendorong masyarakat untuk terus meningkatkan kepedulian serta peran serta dalam upaya pengendalian penyakit-penyakit yang ditularkan nyamuk.
Upaya itu, ujarnya, dapat dimulai di tingkat keluarga, dimulai dari rumah sendiri.
"Mencegah gigitan dan menekan populasi nyamuk merupakan kunci keberhasilan. Masyarakat harus peduli dengan lingkungannya. Paling sederhana ialah dengan secara rutin mengecek kamar mandi setiap harinya, apakah ada jentik nyamuk di dalam bak mandi, misalnya," ucap Subuh.
Ia menambahkan, dengan adanya sinergi yang semakin baik dari berbagai pihak dan keterlibatan yang lebih luas dari masyarakat, program Indonesia Sehat yang dicanangkan pemerintah diharapkan berhasil sehingga turut berpengaruh positif terhadap sektor-sektor lainnya.
(H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved