Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PENGETAHUAN masyarakat terhadap risiko, pencegahan, dan pengobatan hepatitis masih rendah. Padahal, penyebab hepatitis mudah masuk ke tubuh seseorang.
Hepatitis atau radang hati, antara lain terjadi akibat virus, mengonsumsi minuman beralkohol, dan perlemakan hati. Dokter dan konsultan medical department PT Kalbe Farma Tbk, Olivia Ekaputri, menyebutkan penyakit hepatitis yang paling banyak diderita terjadi akibat virus, yakni virus A, B, C, D, dan E.
"Penyebab hepatitis paling banyak terjadi akibat virus. Tetapi penyebab lain seperti infeksi, zat toksik, alkohol, beberapa obat, dan penyakit autoimun juga bisa jadi penyebab," katanya dalam diskusi hari Hepatitis Sedunia di Hotel Morissey, Jakarta, Selasa (1/8). Dari kelima virus tersebut, virus B dan C adalah virus yang menyebabkan hepatitis kronis (menahun) dan paling sering menjadi penyebab terjadinya sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati.
Walaupun hepatitis berbahaya, kata Olivia, tidak semua orang yang positif hepatitis memerlukan pengobatan. Pada beberapa pasien yang memiliki daya tahan tubuh bagus dan virus tidak terlalu kuat, hepatitis dapat sembuh dengan sendirinya. Bahkan, penderitanya tidak menyadari menderita penyakit tersebut. Mereka juga tidak menyadari penyakit yang menahun tersebut menular kepada orang lain. Penularan, antara lain terjadi melalui proses melahirkan dari ibu kepada bayi, hubungan seks, kontak darah, transfusi darah, penggunaan handuk, sikat gigi, bahkan penggunaan gunting kuku.
Sebaliknya, mereka yang daya tahan tubuhnya lemah, virus menyebabkan sirosis dan kanker hati. Apabila virus telah berkembang dan menyebabkan sirosis dan kanker hati, kondisi tersebut tidak dapat disembuhkan secara total. "Hati, organ yang sangat tangguh. Bila belum terlalu parah, tidak akan menimbulkan gejala. Gejala seperti mual, muntah, mata dan kulit menjadi kuning, nyeri perut, dan lelah berlebihan, hanya akan dirasakan bila penyakit sudah pada fase serius," ujar Olivia.
Untuk meminimalkan dampak buruk virus hepatitis, pasien dapat menjalani pengobatan yang biasanya dilakukan bertahap selama 12 sampai 24 minggu. Pada penderita hepatitis akibat virus C, kesembuhan dapat dicapai hingga 95%. Namun, untuk hepatitis B, obat hanya dikonsumsi untuk memperlambat dan meminimalkan perkembangan dan dampak virus.
Menurutnya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mendeteksi dini apakah tubuh telah terpapar virus hepatitis. Salah satunya, melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Pemeriksaan itu penting dilakukan terutama pada orang yang berisiko tinggi, antara lain pernah menjalani pembedahan, memiliki tato dan tindikan, menjalani kehidupan seks bebas, memiliki histori penggunaan narkoba, memiliki keluarga atau lingkungan dekat dengan seorang penderita hepatitis, hingga petugas medis dan kebersihan.
"Untuk memproteksi tubuh lebih maksimal, orang dewasa atau di atas 19 tahun juga bisa dilakukan dengan vaksin hepatitis. Vaksin ini menjadi tambahan vaksin hepatitis yang pernah dilakukan ketika bayi. Meskipun vaksin pertama bisa bertahan hingga lebih 20 tahun, potensi penyakit tetap ada pada yang mereka yang berisiko tinggi," kata Olivia.
Sayangnya, ujar dia lagi, hingga saat ini vaksin tambahan untuk hepatitis belum populer di masyarakat. Berbeda dengan vaksin influenza dan HPV yang berfungsi untuk mencegah kanker serviks yang lebih populer sebab mayoritas masyarakat belum mengetahui tentang pentingnya vaksin hepatitis.
"Sejauh ini masyarakat maupun pasien yang saya tangani, pengetahuan mereka tentang vaksin hepatitis masih minim. Padahal, banyak di antara mereka yang memiliki risiko tinggi," katanya.
Ia menjelaskan, untuk mendapatkan vaksin hepatitis, masyarakat dapat terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter. Tidak ada batas usia atau waktu tertentu yang dianjurkan untuk mereka yang ingin melakukan vaksin. "Intinya, bila telah dewasa atau di atas 19 tahun, mereka sudah bisa melakukan vaksin. Lebih cepat lebih baik," tutur Olivia.
Bayi baru lahir
Sementara itu, untuk meminimalkan penularan hepatitis dari ibu kepada bayi saat proses melahirkan, pemberian vaksin dalam waktu kurang dari 24 jam setelah bayi lahir merupakan pencegahan yang paling efektif. Apalagi, angka penularan hepatitis B dari ibu ke bayi saat persalinan di Indonesia mencapai 95%.
Menurut Kepala Subdirektorat Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencernaan Kementerian Kesehatan Sedya Dwisangka, selain semua bayi baru ahir harus divaksin HB0, para ibu hamil juga harus diperiksa screening hepatitis B.
Ia mengungkapkan, setiap tahun terdapat 5,3 juta ibu hamil di Indonesia, 2,7% di antaranya mereka reaktif terhadap hepatitis B. Pemberian vaksin diharapkan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat hepatitis. (Ind/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved