Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
TINGKAT polusi udara perkotaan telah banyak mempengaruhi kesehatan warga. Di DKI Jakarta, Komisi Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) menungkap, 58,3% warganya menderita sakit atau penyakit akibat terpapar pencemaran udara.
"Selain pencemaran udara, tingginya emisi dari berbagai aktivitas manusia juga menyebabkan peningkatan gas rumah kaca (GRK) dan temperatur yang memperparah pemanasan global," ujar Direktur Eksekutif KPBB, Ahmad Safruddin, dalam diskusi paparan udara Jabodetabek Greenpeace, di Plaza Indonesia, Jakarta, Minggu (30/7).
Dikatakan Ahmad, hingga saat ini upaya menekan emisi di Indonesia belum dilakukan dengan maksimal. Penggunaan bahan bakar fosil terutama, masih sangat sulit ditekan.
"Kecenderungan masyarakat perkotaan Indonesia untuk menggunakan kendaraan bermotor masih sangat besar. Peningkatan jumlah kendaraan di perkotaan juga sangat besar setiap tahun," ujar Ahmad.
Dikatakan Ahmad, di seluruh Indonesia terdapat sedikitnya 89 juta kendaraan bermotor. Hampir seluruhnya berada di kawasan perkotaan. Di Jabodetabek saja, jumlah kendaraan bermotor tersebut melebihi 30% dari total kendaraan atau sekitar 30 juta kendaraan.
Ia menambahkan, salah satu langkah signifikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi emisi dan pencemaran ialah dengan membenahi aturan teknologi kendaraan bermotor. Sebab, hal itu merupakan penyebab terbesar pencemaran udara perkotaan, mencapai 70%.
"Pemerintah harus lebih serius menjalankan kebijakan standar Euro 4 untuk kendaraan. Jangan sampai seperti penetapan Euro 2 yang longgar dan banyak tidak dipatuhi industri," ujar Ahmad.
Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, di kesempatan yang sama, mengatakan, keberadaan alat pemantau udara menjadi salah satu hal yang harus dipenuhi pemerintah secara massal. Dengan keberadaan alat tersebut, masyarakat akan dapat memproteksi diri dalam kondisi udara yang buruk.
"Pemerintah juga harus memberikan informasi atau pendidikan mengenai bahaya kesehatan polusi udara kepada masyarakat selain melakukan usaha pemenuhan kualitas udara yang baik," ujar Bondan.
Sementara itu, badan kesehatan dunia WHO menyebutkan, pada 2012 diestimasikan 1/8 kematian manusia di dunia, atau sekitar 7 juta jiwa per tahun, terjadi akibat paparan pencemaran udara. Dari jumlah tersebut, 68 ribu di antaranya terjadi di Indonesia. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved