Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KEMAJUAN ilmu medis dalam menangani berbagai penyakit berat memang pesat. Meski begitu, masyarakat disarankan tetap melindungi diri dari risiko finansial akibat terus meningkatnya biaya pengobatan. Berdasarkan hasil survei Manulife Investor Sentiment Index (MISI), beban biaya kesehatan masyarakat bisa mencapai 38% dari total pengeluaran utama. Porsi itu setara dengan pengeluaran sehari-hari, seperti biaya makan, transportasi, dan rumah tangga.
"Mempersiapkan biaya kesehatan merupakan satu dari tiga prioritas utama. Beban biaya pengobatan bahkan lebih besar dari porsi pengeluaran untuk pendidikan anak yang berkisar 28%," kata Direktur PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Novita Rumngangun saat peluncuran produk terbaru Manulife Indonesia yang menawarkan asuransi untuk 50 penyakit kritis, Mi Ultimate Critical Care, di Jakarta, Selasa (25/7).
Ia mengungkapkan, risiko keuangan akibat perawatan penyakit katastropik (berbiaya mahal) bisa berdampak buruk jika tidak disadari dan diatur secara tepat. Ia mencontohkan hasil survei MISI bahwa lima dari 10 penderita kanker mengalami kebangkrutan pada tahun kedua setelah terdiagnosis.
"Banyak orang berutang karena sakit. Biaya untuk penyakit kritis (katastropik/berbiaya mahal) berbeda dengan penyakit biasa. Itu membutuhkan pengeluaran besar," ujarnya. Penyakit katastropik merupakan penyakit serius yang berdampak fatal, di antaranya kanker, gagal ginjal, leukemia, angioplasti, dan stroke. Data klaim pada Asuransi Manulife, lanjut Novita, menunjukkan biaya pengobatan penyakit kritis terus melonjak.
Pada empat tahun lalu, tuturnya, pengobatan stroke hanya sebesar Rp50 juta per tahun. Angka itu diperkirakan bakal meningkat hingga Rp133 juta pada 2020. Begitu juga dengan ongkos perawatan kanker tahap awal yang diprediksi bakal mencapai Rp186 juta. Oleh karena itu, menurut perempuan pertama Indonesia yang pernah meraih penghargaan Asia's 50 Women Leaders dalam ajang CMO Asia Awards for Excellence in Branding and Marketing 2016 itu, solusi perlindungan keuangan jangka panjang khusus untuk penyakit katastropik sangat dibutuhkan.
"Biaya pengobatan tidak harus menguras tabungan pensiun atau harta benda. Semakin banyak yang terproteksi, semakin banyak yang hidupnya terbantu," kata Novita. Dalam peluncuran asuransi untuk 50 penyakit katastropik, Mi Ultimate Critical Care, Chief Distribution Officer Manulife John Curtis menyatakan perusahaannya berkomitmen menyediakan jaring pengaman kesehatan bagi keluarga muda usia 25 tahun-40 tahun. "Masyarakat diharapkan bisa tetap menikmati hidup di tengah ketidakpastian," ujarnya. (Dhk/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved