Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PERLINDUNGAN anak dari berbagai ancaman kekerasan dan diskriminasi harus dimulai dari keluarga. Karena itu, pada peringatan Hari Anak Nasional tahun ini, keluarga Indonesia diharapkan dapat membangun kesadaran mengasuh anak dengan penuh tanggung jawab.
"Keluarga merupakan awal mula pembentukan kematangan individu dan struktur kepribadian anak. Anak akan mengikuti dan mencontoh orangtua dengan berbagai kebiasaan dan perilaku," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise saat konferensi pers Hari Anak Nasional di Jakarta, Senin (17/7).
Ia menyoroti beberapa masalah yang marak terjadi belakangan, antara lain perkawinan di bawah umur. "Perkawinan usia anak masih marak terjadi. Bahkan menurut Unicef (organisasi PBB yang menangani anak-anak), terdapat 700 juta perempuan di dunia menikah ketika masih anak-anak," ujarnya.
Penuntasan masalah ini, kata Yohana, memerlukan kesadaran keluarga tentang buruknya menikahkan anak yang belum berusia di atas 18 tahun. Salah satunya, anak akan terancam putus sekolah. Selain itu, anak dianggap belum siap secara mental untuk menghadapi persoalan rumah tangga.
Persoalan lain ialah ancaman rokok. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (2016), terjadi peningkatan perokok pemula usia 10 hingga 14 tahun sebesar 100% dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Yakni, dari 8,9% pada 1995 menjadi 18% pada 2013. Menurut Yohana, bahaya merokok menjadi awal mula anak-anak terjebak dalam kasus narkoba dan kekerasan lain.
Persoalan lain ialah gizi anak karena sekitar 37% anak Indonesia menderita stunting (anak berperawakan pendek). Persoalan lain ialah maraknya kekerasan yang dialami anak, khususnya kekerasan seksual.
Penyelesaian hal itu, menurut Yohana, memerlukan kesadaran yang dapat mendorong keluarga Indonesia agar memiliki pengasuhan yang berkualitas, berwawasan, berketerampilan, dan memiliki pemahaman yang komprehensif dalam pemenuhan hak serta perlindungan anak.
"Baik dan buruknya keluarga menjadi cerminan bagi masa depan anak. Baik dan buruk karakter anak di masa datang sangat ditentukan pola pengasuhan yang diberikan keluarga dan lingkungan terdekat," kata dia. (Bay/Ant/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved