Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
Obat-obatan bagi pasien kanker terus dikembangkan. Selain pembedahan, kemoterapi, radioterapi, dan terapi tertarget, ada juga imunoterapi. Imunoterapi merupakan metode pemberian obat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat menghambat penyebaran sel kanker. Dokter spesialis paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sita Laksmi Andarini, menjelaskan imunoterapi yang disebut immune checkpoint inhibitors merupakan bentuk pengobatan kanker yang mencegah interaksi antara sel T milik sistem imun dan tumor (kanker).
"Saat tumor dan sel T berinteraksi, sebuah protein di tumor yang disebut Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1) melumpuhkan sel T sehingga sel-sel imun ini tidak dapat mengenali dan membunuh sel-sel kanker. Melalui imunoterapi, interaksi ini bisa diblok (dihambat) sehingga sel T bisa mendeteksi dan membasmi sel-sel kanker," terangnya pada diskusi bertajuk Imunoterapi, Harapan Baru Pengobatan Kanker yang diselenggarakan Merck Sharp & Dohme (MSD) di Jakarta beberapa waktu lalu. Di negara maju seperti Amerika, imunoterapi sudah diterapkan terhadap beberapa penyakit kanker, di antaranya kanker paru, kulit, dan payudara.
Namun, di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) baru memberikan persetujuan untuk obat imunoterapi anti-PD-L1, pembrolizumab, untuk pengobatan lini kedua kanker paru stadium lanjut yang gagal diterapi dengan pengobatan lini pertama. "Sebelumnya imunoterapi hanya bisa didapat pasien kanker paru stadium lanjut melalui akses khusus dari Kementerian Kesehatan. Namun, sejak Juni 2017 obat ini sudah mendapatkan izin edar dari Badan POM, tapi baru diizinkan untuk pengobatan lini kedua kanker paru jika kemoterapi dan pembedahan tidak berhasil dilakukan," terang Sita.
Lebih lanjut Sita menjelaskan, imunoterapi dengan obat anti-PD-L1 hanya efektif jika ditemukan adanya protein PD-L1 di tumor. Untuk itu, salah satu prasyarat untuk menjalani terapi tersebut, pasien harus melakukan pemeriksaan ekspresi PDL-1. "Jadi, harus ada ekspresi sel kanker meradang agar efeknya lebih baik. Kalau tidak ada ekspresi tidak akan efektif. Jadi, ketika pasien dibiopsi sebaiknya juga dilakukan pemeriksaan PD-L1," paparnya.
Obat tersebut diberikan melalui infus selama 30 menit sebanyak enam kali (siklus) dengan jarak antarterapi tiga minggu. “Imunoterapi telah menjadi bagian penting dalam pengobatan kanker. Imuno-onkologi menyimpan potensi besar untuk meningkatkan kesintasan jangka panjang dan memperbaiki kualitas hidup pasien kanker. Respons yang ditawarkannya pun lebih bertahan lama dan efek sampingnya lebih sedikit,” papar Sita.
Beban penyakit
Dalam dunia medis, kanker termasuk salah satu penyakit yang paling menantang. Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan jumlah kasus tersebut akan meningkat hingga 22 juta dalam 2 dekade mendatang. Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia dan bertanggung jawab atas 8,8 juta kematian pada 2015. Secara global, hampir satu dari enam kematian disebabkan kanker. Kanker paru merupakan kontributor yang signifikan dalam statistik itu, sebagai kanker utama penyebab kematian baik bagi laki-laki maupun perempuan di seluruh dunia.
Yang memprihatinkan, insiden di Indonesia tidak jauh dari data global. Berdasarkan Globocan (WHO) 2012, kanker paru merupakan kanker yang paling umum secara insiden dan paling banyak menyebabkan kematian pada laki-laki maupun perempuan. “Upaya mengatasi kanker memang tidak mudah. Kami di MSD telah mendedikasikan sumber daya untuk mengembangkan obat-obatan onkologi yang inovatif,” ucap Presiden Direktur MSD Indonesia, Ashish Pal. (Ind/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved