Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SUATU hari, ketika pulang dari bermain di lingkungan rumahnya di Kompleks Sarimas Bandung, Jawa Barat, kepala Izzan kecil berdarah akibat di-bully (dirisak) teman-temannya.
Bahkan ketika mengikuti lomba robotik pun, remaja bernama lengkap Musa Izzanardi Wijanarko,14, itu mengalami perisakan karena dianggap berbohong saat ia mengatakan bisa mengerjakan soal matematika level SMA.
Pengalaman sering mengalami hinaan dan perisakan karena dianggap berbeda itulah membuat Izzan termotivasi untuk membuktikan dirinya mampu melebihi kemampuan anak seusianya.
Itu terbukti setelah ia lulus ujian seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) di Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung.
"Mungkin bisa dibilang itu ego saya juga. Saya merasa dihina di lingkungan tetangga, dianggap anak aneh. Setidaknya dengan ini, saya ingin menunjukkan bahwa saya punya kelebihan sesuatu tidak cuma anak nakal pembuat masalah," tutur Izzan mengenai motivasinya untuk jauh lebih maju dari kawan-kawannya, di Jakarta kemarin.
Izzan diterima di ITB setelah ikut ujian SBMPTN untuk kedua kalinya.
Pecinta bidang studi matematika dan fisika itu belajar intensif selama dua bulan.
Menurut sang ibu, Yanti Herawati, kecerdasan Izzan yang di atas rata-rata itu telah terlihat sejak kecil.
Setelah mengetahui anaknya tidak naik kelas di TK akibat tidak dapat berkomunikasi dua arah dan sulit diatur, dia memilih mendidik anaknya secara homeschooling.
Pada usia 3,5 tahun, saat diajak ke tempat pusat peraga iptek, Izzan sudah menunjukkan ketertarikan.
Anaknya kemudian merasa sakit hati dan memilih untuk belajar dari ibunya, yang kebetulan juga mengisi waktunya membuat konsep materi pelajaran dan menjadi helper di Sekolah Alam Bandung, Curug, Dago.
Yanti mengakui bahwa Izzan ialah anak yang hanya mau berkomunikasi dan berpikir atas caranya sendiri.
Itulah sebabnya ia turun tangan membuat pola belajar anak yang sesuai dengan impian anaknya.
Yanti sadar, ada anak dengan tipe seperti Izzan yang di usia awal ada bagian otak yang bertanggung jawab atas kecerdasan tertentu tumbuh berkembang lebih dulu.
"Orangtua dan guru harus menemukan keunikan anak dan bukan menghancurkannya. Orang dewasa juga tidak seharusnya melecehkan dan menghancurkan mimpi-mimpi anak," tambahnya.
Menurut Yanti, selain kecerdasan otak, mental anaknya perlu disiapkan untuk menghadapi bangku kuliah mengingat jenjang usia yang akan terpaut cukup jauh dengan kawan sekampusnya.
"Saya tidak bilang dia cerdas sehingga orang lain tidak paham. Namun, dia memiliki cara berbicara dan berpikir sendiri. Saya berharap dengan lingkungan universitas akan lebih berbeda. Mungkin dia cocok dengan bahasan akademik orang dewasa," pungkas Yanti. (Vetry Wuryasti/X-7)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved