Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
TAYANGAN Big Circle yang tayang kali keenam pada Minggu (7/5), bakal mengangkat tema inovasi makanan. Tidak hanya teknologi, makanan pun perlu mengalami perubahan.
Masih dipandu Andy F Noya dan Maria Harfanti, kali ini Big Circle juga menghadirkan mentor CEO, Founder Inkara Brand Consulting Danton Sihombing sekaligus CEO, Co-Founder Tokopedia William Tanuwijaya.
Dalam segmen awal, Big Circle akan menghadirkan seorang social entrepreneur (sociopreneur) atau wirausaha sosial asal Garut.
Perjalanan bisnis lulusan Diploma III Politeknik Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Mesin, Andris Wijaya, 37, cukup berliku. Selepas kuliah, sang ibu meminta dirinya menghidupkan kembali bisnis sang ayah. Padahal, saat itu dirinya bekerja di sebuah perusahaan minyak ternama.
Profesi menjadi pedagang beras tentu saja jauh dari impian Andris saat muda dulu dari yang semula ingin menjadi ahli mesin. Garis nasib justru membawanya kembali ke kampung halaman di Garut.
Saat dirinya kemudian menyanggupi, ternyata permasalahan tidak selesai. Tantangan berada persis di depan mata. Bisnis beras yang dirintis sejak 1975 dan pindah ke tangannya sejak 2003, Andris mesti menanggung beban utang sebesar Rp100 juta. Untuk menutup utang ini dan mendapatkan modal awal berbisnis, Andris mengajukan pinjaman ke bank.
Tak hanya menghadapi utang, ia juga harus menghadapi pamor beras Garut 1001 yang meredup. Maklum, saat itu banyak pedagang beras di Jakarta menilai harga beras ini mahal. Kala itu, harga beras Garut di Jakarta sudah di atas beras lain. Selain itu, beras Garut dioplos dengan beras lainnya dan diberi merek berbeda.
Namun, situasi yang amat mendesak itu justru membuatnya berpikir semakin kreatif. Menurutnya, langkah awal yang harus dilakukan ialah mengangkat kembali pamor beras Garut. Apalagi, selain warnanya putih bersih, beras Garut terkenal lebih pulen, dan mempunyai sari rasa manis.
Dari sini, tebersit ide untuk membuat produk oleh-oleh. Beras yang menjadi salah satu produk unggulan Garut pun disulapnya menjadi oleh-oleh khas Garut.
Sejak awal 2014, beras liwet instan yang diberi nama Seribu Satu telah di ekspor ke Amerika dan Dubai sebanyak 5 ton. Beras yang sudah di ekspor sebanyak satu kontainer berisi 20 ribu dus, masing-masing 10 ribu dus untuk negara Dubai dan Amerika.
Di Indonesia, Nasi Liwet Instant telah bekerja sama dengan mitra seperti Indomaret di seluruh Jawa Barat, Alfamidi Jabodetabek, Tiptop, dan Carefour.
Ekspansi bisnis
Kesuksesan berbisnis Nasi Liwet Instant mendorong Andris melebarkan sayap ke bisnis kuliner. Kini, ia membuka Restoran D’Anclom.
Restoran ini membawa ciri khas Garut, seperti menu berkuah yang disajikannya. Bakso Aci ialah salah satunya. Konsep unik dan menjadi pembedanya ialah dengan menerapkan konsep Suki. Merebus menu sendiri di meja.
Menunya terdiri dari beragam bakso. Ada bakso khas Garut, Bakso Aci. Terdapat 99 menu yang disediakan. Terdiri dari menu tradisional khas dari seluruh Indonesia. Ada pula menu khas Padang, Manado, Bali, Sunda, oriental, hingga western.
Salah satu menu unik D’Anclom, yaitu piza. Toping piza di D’Anclom menggunakan aneka buah-buahan. Sementara itu, menu minuman yang tak ada di restoran lain seperti jodol (jus leci dodol), frozdol (frozen dodol), dan wedhol (wedhang dodol). (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved