Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
JUMLAH penderita hipertensi atau darah tinggi jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan penderita diabetes. Namun, tingkat pengetahuan masyarakat atas penyakit itu justru lebih rendah ketimbang pengetahuan mengenai diabetes.
Oleh karena itu, menurut kardiolog Pusat Kardiovaskular Nasional Harapan Kita Siska Suridanda Danny, dibutuhkan upaya agar masyarakat paham dan peduli terhadap penyakit yang dapat menyebabkan komplikasi tersebut.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, dari 100 orang di Indonesia, hanya sembilan orang yang tahu dan sadar bahwa mereka menderita hipertensi. “Tapi setelah dicek, ternyata ada 25% yang hipertensi. Artinya, penyakit silent killer ini belum disadari masyarakat,” kata dia di sela-sela konferensi pers Hari Hipertensi Sedunia 2017 di Jakarta, rabu (3/5).
Ia mengungkapkan penyakit tersebut sebetulnya mudah dicegah, antara lain melalui pegecekan tekanan darah secara rutin. Selain itu, olahraga menjadi solusi paling mudah untuk melakukan tindakan preventif.
“Tapi kebanyakan orang datang ke dokter ketika mereka sudah merasakan ada yang salah. Padahal itu artinya sudah ada komplikasi di jantung atau penyumbatan pembuluh darah yang dapat memicu stroke,” terang Siska.
Menurut rencana, peringatan Hari Hipertensi Sedunia akan diisi dengan ajang edukasi di kawasan Ocean Ecopark-Econvention, Jakarta, pada 14 Mei mendatang. Dalam kegiatan tersebut bakal digelar pemeriksaan dan konsultasi gratis terkait dengan hipertensi.
“Akan ada juga bincang sehat tentang hipertensi, bagaimana masyarakat mengenali tanda-tanda dan bahayanya karena kami yakin masyarakat harus paham atas hal ini,” ucap Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Syahlina Zuhal dalam kesepatan yang sama.
Menurutnya, Yayasan Jantung Indonesia sebagai inisiator acara tersebut pada saat ini fokus pada tindakan kuratif dan preventif sebab tindakan pengobatan tertolong dengan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dari pemerintah. Lagi pula, lanjut Syahlina, tindakan preventif lebih murah bila dibandingkan dengan pengobatan. (Ric/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved