Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
MIMPI di saat tidur tidak selalu indah. Mimpi buruk terkadang dapat membuat Anda merasa ketakutan, bahkan masih diingat setelah Anda bangun. Anda memang tidak bisa mengendalikan mimpi. Anda hanya dapat terbangun dengan rasa stres, ketakutan dan tidak sadar dengan mimpi buruk yang dialami. Namun, jangan sepelekan mimpi buruk.
Peneliti dari University of Turku di Finlandia mengungkapkan bahwa mimpi buruk dapat memprediksi timbulnya beberapa gangguan kesehatan.
"Sering mimpi buruk telah dikaitkan dengan masalah tidur lainnya terutama insomnia dan masalah kesehatan mental seperti gejala depresi yang dapat menurunkan kualitas hidup pada umumnya," kata peneliti dalam Scientific Reports.
Menurut peneliti, orang-orang yang sering mengalami mimpi buruk juga mungkin lebih rentan terhadap gangguan suasana hati dan mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri jika dibandingkan dengan orang tanpa masalah mimpi buruk.
Penelitian juga telah menemukan bahwa anak-anak yang memiliki mimpi buruk di malam hari lebih mungkin memiliki peningkatan risiko pengalaman psikotik saat mereka remaja. Sedangkan bagi orang tua yang sering mimpi buruk, lebih cenderung memiliki gejala penyakit jantung seperti detak jantung yang tidak teratur.
Pakar tidur mengatakan ada beberapa hal yang dapat Anda coba untuk mengurangi frekuensi mimpi buruk. Tetapkan waktu tidur dan bangun, rutin berolahraga secara teratur dan penting untuk membuat kamar tidur menjadi tempat yang santai. Kurangi alkohol dan kopi serta bermain gadget sebelum tidur.
Secara khusus, para ilmuwan menemukan dalam penelitian mereka bahwa mimpi buruk dapat meningkatkan risiko bunuh diri dengan melihat data lebih dari 71 ribu peserta riset.
Penelitian serupa yang dilakukan beberapa tahun lalu menemukan mimpi buruk bisa memprediksi bunuh diri di kalangan veteran Perang Dunia II. Namun saat ini, peneliti ingin menyelidiki apakah pengalaman perang lebih merupakan prediktor bunuh diri daripada mimpi buruk. (MTVN/OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved