Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Kumpul Kreatif ketimbang Tawuran

13/4/2017 07:10
Kumpul Kreatif ketimbang Tawuran
(DOK. BIG CIRCLE)

BIG Circle yang tayang kali ketiga ini akan membahas mengenai Jakarta.

Jakarta yang menjadi contoh sekaligus menjadi kota modern dalam berbagai hal, termasuk membahas upaya pemerintah setempat untuk membuat penduduknya semakin berdaya.

Pada saat tayang Minggu 16 April, pukul 19.30 WIB, akan dibahas terkait dengan upaya anak muda yang ingin berusaha punya segudang ide.

Ide kreatif itu potensinya luar biasa, tetapi selalu terkendala modal.

Kreativitas dan ide saja dipercaya tidak cukup sehingga Pemprov DKI kemudian mencoba mengakomodasinya agar terwujud.

Selain dipandu Andy F Noya yang akan ditemani Maria Harfanti, dalam topik bahasan kali ini didatangkan dua mentor, yakni Founder Gambaran Brand, local brand specialist Arto Subiantoro dan CEO, Founder Young on Top, Billy Boen.

Pada segmen pertama akan dihadirkan narasumber yang mewakili pihak Pemerintah DKI Jakarta, Irwandi.

Dia mengatakan, untuk mempromotori anak muda untuk kumpul bareng daripada tawuran akan membuat sesuatu hal yang kreatif.

Dia juga menyatakan pemprov ekonomi kreatif berkembang dengan pesat karena fasilitas dan kemudahan telah diberikan, tinggal bagaimana anak muda memanfaatkan kesempatan tersebut.

Dia menegaskan, sebagai pihak dari pemerintah harus bisa terjun langsung, mengayomi termasuk memberikan jalan untuk memberikan izin usaha, penempatan tempat, bahkan hingga pemasaran.

Narasumber lain ialah desainer lulusan Art Center College of Design di Pasadena Leonard Theosabrata yang ingin mengiringi pemerintah.

Leo yang dalam hal ini menjadi konsultan mengaku sebelumnya gatal pada pemerintah.

"Tapi kali ini pemerintah yang datang dengan niat baik jadi kita harus mendukung. Percuma kalau hanya ngomel, tetapi tidak pernah berbuat baik."

Kota modern dan inovatif

Narasumber kedua ialah Setiaji, Kepala UPT Jakarta Smart City, dan Agung Bezharie, General Manager Ev Hive.

Mereka akan membahas sebuah inisiatif dari pemrov untuk memberikan pelayanan publik.

Jakarta Smart City telah banyak berkolaborasi dengan berbagai startup dalam membuat aplikasi yang memudahkan masyarakat, di antaranya Qlue untuk pengaduan masyarakat, ijakarta sebagai perpustakaan digital, dan Ragunan Zoo.

Sayangnya, partisipasi masyarakat untuk mengkritisi rencana pengeluaran aplikasi sangat rendah.

Hal yang sama juga terjadi dengan Qlue, padahal masyarakat Jakarta seharusnya sudah bisa melaporkan masalah yang terjadi di tiap wilayah dengan aplikasi mobile tersebut.

Hal lain yang menghambat penerapan smart city di Jakarta ialah kurangnya orang-orang yang mampu membuat perencanaan baik dan merealisasikannya.

Hal lain yang juga menghambat terwujudnya mimpi Jakarta Smart City ialah kurangnya infrastruktur yang mendukung.

Pemda DKI Jakarta sebenarnya telah mencoba mengatasi hal tersebut.

Salah satunya dengan memasang wi-fi di enam taman publik di Jakarta serta di tiga taman pemakaman umum (TPU). (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya