SUNAT pada anak laki-laki lazim dilakukan di Indonesia. Selain menjadi bagian dari perintah agama, sunat juga menjadi tradisi. Lebih daripada itu, sunat juga memberi manfaat kesehatan karena membuat alat kelamin jadi lebih higienis.
Pada sebagian masyarakat, ada sejumlah mitos terkait sunat, antara lain anak yang baru disunat tidak boleh makan daging dan telur lebih dulu agar lukanya cepat sembuh. "Padahal, justru setelah sunat anak harus mengonsumsi makanan yang mengandung protein, termasuk daging dan telur," ujar dokter spesialis bedah saraf yang juga pendiri klinik sunat Rumah Sunatan, Mahdian Nur Nasution, di Jakarta, pada pertengahan bulan ini.
Ia menjelaskan proses penyembuhan luka membutuhkan komponen protein. Oleh karena itu, tidak tepat bila setelah sunat anak dilarang mengonsumsi daging yang kandungan proteinnya tinggi.
Mitos lain, lanjut Mahdian, menyebutkan sunat akan membuat anak cepat dewasa, ditandai dengan tubuhnya yang cepat bertambah tinggi. Padahal, sunat tidak berkorelasi dengan kedewasaan.
"Bila berpikir setelah sunat anak menjadi tinggi, itu karena di Indonesia kebiasaan sunat dilakukan pada anak menjelang akil balig, di situ puncak perkembangan hormon pertumbuhan mereka," jelasnya lagi.
Metode clamp Pada kesempatan itu, Mahdian juga menjelaskan teknik sunat terbaru menggunakan teknik clamp atau jepitan. Dengan alat clamp sekali pakai itu, sunat tidak memerlukan jahitan.
"Belakangan, metode clamp menjadi salah satu dari sekian banyak metode yang paling diminati dan populer di dunia, seperti di Nigeria, Malaysia, dan beberapa negara Eropa," kata Mahdian yang juga menciptakan alat sunat clamp bernama Mahdian Klem.
Ia menambahkan, metode clamp yang praktis membuat proses sunat lebih mudah dan cepat. Teknik itu juga meminimalkan perdarahan, tanpa jahitan, penyembuhan luka yang lebih cepat, higienis, dan aman.
"Bahkan, WHO (Badan Kesehatan Dunia) telah merekomendasikan teknik clamp sebagai teknik sirkumsisi, antara lain untuk negara-negara Afrika."
Pada teknik clamp, sebelum disunat, penis diukur untuk disesuaikan dengan besar kecilnya tabung clamp. Setelah diberi anestesi lokal, secara hati-hati, preputium (kulit yang menutupi kepala penis) dibersihkan dan dibebaskan dari perlengketan.
Batas kulit preputium yang akan dibuang ditandai. Kemudian, tabung clamp dimasukkan ke preputium sehingga preputium melingkupi tabung. Klem penjepit lalu dipasang. Setelah dipastikan saluran kencing tidak terhalang, barulah klem penjepit dikunci. Kini, preputium terjepit di antara tabung dan klem. Selanjutnya, bagian preputium yang akan dibuang disayat menggunakan pisau. Lalu, luka dibersihkan dengan obat antiinfeksi dan dibungkus kasa steril. Alat clamp tetap terpasang dan akan dilepas saat kontrol nanti.
"Nantinya, akan terbentuk jaringan nekrotik (jaringan mati) pada jarak 1 mm sayatan. Jaringan tipis itu akan lepas sendiri seperti puput tali pusar pada bayi. Jadi, tidak diperlukan jahitan," terang Mahdian.(Try/H-3)