Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Menyulam Spirit Kolektif dalam 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji'

Putri Anisa Yuliani
07/8/2025 16:08
Menyulam Spirit Kolektif dalam 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji'
Festival Bedhayan V: Panca Utsava Bedhayan akan digelar di Gedung Kesenian Jakarta.(Dok istimewa)

DI tengah keterbatasan waktu dan tantangan logistik yang tidak ringan, sebuah karya seni pertunjukan bertajuk 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji' berhasil diwujudkan. 

Karya ini akan dipentaskan perdana dalam Festival Bedhayan V: Panca Utsava Bedhayan di Gedung Kesenian Jakarta, pada Sabtu (9/8) mendatang.

Pementasan dilengkapi dengan narasi pembuka, tata cahaya yang dirancang khusus, serta kostum penuh makna simbolik hasil diskusi panjang antara tim kreatif dan penata artistik.

Pertunjukan ini menjadi hasil kolaborasi erat antara Sanggar Tari Nur Sekar Kinanti (NSK) dari Jakarta dan Sekartaji Art Solo (SAS), dua komunitas seni yang menyatu dalam semangat melestarikan budaya Jawa.

Disiapkan dalam waktu kurang dari tiga bulan sejak pertengahan Mei 2025, proses kreatif ini mengandalkan sinergi dua kota. NSK bertindak sebagai produser dengan tugas penggalangan dana, penyusunan proposal, promosi, hingga urusan logistik.

Sementara SAS menjadi pelaksana produksi dengan dukungan penuh dari para seniman, penari dan pengrawit, lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Satu-satunya yang berasal dari luar lingkungan ISI adalah Prasanti Andrini, pimpinan NSK yang sekaligus menjadi koreografer karya ini.

Produksi ini berakar dari persahabatan panjang antara Toni Haryo Saputro, pencipta garapan tari, dan Prasanti Andrini, yang telah menggeluti dunia tari klasik Jawa selama puluhan tahun. 

Toni mendorong Prasanti untuk naik kelas, dari penari menjadi penata tari. 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji' menjadi penanda transisi penting dalam perjalanan kreatif dan profesional Prasanti.

'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji' merupakan karya tari kontemporer yang berpijak pada pakem Bedhayan gaya Surakarta. Namun, ia berkembang dari ruang budaya di luar tembok keraton. 

Sembilan penari perempuan tampil dengan topeng, meniadakan ekspresi individual dan menyatu dalam satu wajah kolektif simbol kesetiaan dan pengabdian. 

Figur Dewi Sekartaji tidak ditampilkan secara literal, melainkan dimunculkan melalui hubungan antara gerak dan narasi. 

"Para penari tampil sederhana, namun anggun, menjelma sebagai penjaga cerita yang menggugah," ungkap Prasanti.

Menghidupkan Kembali Tradisi

Lebih dari sekadar sajian estetik, Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi penghormatan terhadap semangat kolektif dan dedikasi para seniman. 

Prasanti menyebutnya sebagai ruang perenungan tentang niat dan pengabdian yang tulus dalam berkesenian.

“Ini pengalaman yang menegangkan, tapi juga menggembirakan. Kami bekerja lintas kota, lintas profesi, dengan satu tujuan: menjaga dan menghidupkan kembali nilai-nilai luhur budaya Jawa,” kata Prasanti. (E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya