Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
KERESAHAN itu menyebar, ada ancaman hitam yang secara misterius meninggalkan jejak kerusakan di jalan-jalan Kota New York.
Bagi para penyihir di Amerika, ancaman itu serius. Mereka khawatir kerahasiaan dunia penyihir akan terungkap.
Mereka tidak ingin perang terbuka dengan manusia kembali terjadi, di saat dahulu manusia adalah pemburu penyihir yang paling utama.
Dunia penyihir di bawah Macusa (Magical Congress of the United States of America) pada 1926 itu memberlakukan aturan untuk menjaga kerahasiaan mereka dari dunia manusia. Tapi justru di saat yang penuh kewaspadaan itu, Newt Scamander (Eddie Redmayne) lulusan sekolah sihir Hogwarts di Inggris, kebetulan datang ke New York.
Tanpa mengetahui soal ketegangan yang sedang berlangsung, dia menjinjing tas kulit yang di dalamnya berisi banyak sekali hewan magis. Sempat ada insiden yang membuat sebagian hewan magis dari dalam tas yang telah diberi sihir itu terlepas ke dunia manusia.
Bahkan salah satunya menggigit seorang no-majs (istilah muggle alias manusia tanpa keturunan penyihir di Amerika).
Padahal kedatangannya ke negara itu tak lain untuk mengembalikan salah satu hewan yang telah diselamatkannya untuk kembali ke habitat aslinya di Arizona.
Di mata kebanyakan penyihir, kemunculan hewan magis dianggap ancaman. Makanya hewan magis lebih banyak dibunuh hingga banyak spesies hewan tersebut punah. Newt tergolong penyihir yang berwawasan terbuka, dan berkeras hewan-hewan itu mesti diselamatkan.
Lelaki yang kikuk saat berinteraksi dengan manusia itu telah melakukan ekspedisi global untuk menyelamatkan hewan-hewan magis. Nantinya, dia hendak menulis buku tentang mereka. Newt terus mempertanyakan mengapa segolongan kehidupan tertentu dianggap lebih penting ketimbang yang lainnya.
Film Fantastic Beasts and Where to Find Them garapan Warner Bros Pictures, Heyday Film Production, dan David Yates Film itu menjadi debut JK Rowling menulis skrip film.
Rowling dikenal sebagai penulis buku Harry Potter yang telah diadaptasi menjadi film.
David Yates bersama JK Rowling, David Heyman, Steve Kloves, dan Lionel Wigram menjadi produser di film tersebut. Sementara Tim Lewis, Neil Blair, dan Rick Senat menjadi executive producer. Lalu tim kreatif di balik layarnya mencakup sederet nama pemenang Oscar.
Termasuk di Philippe Rousselot, Stuart Craig yang tiga kali memenangi Oscar, dan Colleen Atwood yang tiga kali memenangi Oscar sebagai desainer kostum.
Penggalian karakter Newt
Bagi para pecinta serial Harry Potter, nama Newt Scamander mungkin tidak asing lagi. Dialah tokoh yang sekilas diceritakan sebagai penulis buku panduan belajar di sekolah sihir Hogwarts, judulnya Fantastic Beasts and Where to Find Them.
Film ini lantas menggali karakter Newt lebih dalam. Tak hanya membawa penonton ke era lain dari dunia sihir JK Rowling yang jauh sebelum Harry Potter ada, film ini juga membawa kita ke belahan dunia yang lain, yakni kehidupan penyihir di Amerika.
Proses casting Fantastic Beasts dimulai dengan pencarian karakter Newt Schamander yang akhirnya diperankan pemenang Academy Award Eddie Redmayne (pemeran The Theory of Everything dan The Danish Girl).
Menurut David Heyman, salah satu produsernya, Redmayne adalah pilihan pertama dan satu-satunya dari para pembuat film tersebut.
"Dia pada dasarnya British dan aktor yang bisa memainkan karakter dari masa mana pun. Dia brilian sekali untuk masuk ke peran, mengeksplorasi setiap detail perannya, tapi di saat yang sama semua usahanya itu tidak kentara," puji Heyman.
Dengan aksen Inggris yang kuat, Newt Schamander dikelilingi tiga karakter utama lainnya, yakni Tina (Katherine Waterston), seorang no-maj bernama Jacob (Dan Fogler), dan adiknya Tina yang bernama Queenie (Alison Sudol).
Mereka bekerja sama mengumpulkan semua hewan magis yang terlepas sebelum menimbulkan bahaya. Keempat aktor utama itu menyajikan kolaborasi yang apik dalam filmnya. Semuanya menghidupkan karakter yang kuat, tanpa saling menutupi.
Ada Newt yang kikuk di hadapan manusia, tapi sangat hangat berinteraksi dengan hewan magis; Tina yang biasa bekerja sesuai aturan, tapi rela melanggar bila nuraninya terusik; Queenie yang mampu membaca pikiran dan kepribadiannya hangat juga riang; dan Jacob yang memberikan sentuhan humor di film itu dengan pembawaannya.
Film ini makin menarik dengan sajian koleksi hewan magis yang didesain dengan dimensi, warna, pencahayaan, dan pergerakan yang mendetail dengan teknologi CGI. Meski menakjubkan, hewan yang dipilih tidak lepas dari sifat dan bentuk hewan yang ada di kehidupan nyata.
Demi sensasi riil, lebih direkomendasikan untuk menonton versi 3D film. Judulnya boleh saja erat dengan hewan magis tersebut, tapi nyatanya film ini masih sesuai karakter karya Rowling yang menekankan analogi-analogi sarat pembelajaran untuk manusia dalam bermasyarakat.
Pesan untuk menghargai perbedaan dan toleransi, juga hidup berdampingan, masih menjadi tema sentral yang layak dirayakan lewat film ini. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved