Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
KOMEDIAN Ronal Sunandar Surapradja, 39, bakal berbagi kisah unik sepanjang Ramadan di Media Indonesia dalam rubrik spesial Celoteh. Dia yang sehari-hari juga dikenal sebagai penyiar radio untuk program Sarapan Seru Ronal Tike di Jak FM itu akan menulis hal-hal ringan yang terjadi di sekitar kita, mulai kemacetan, ngabuburit, hingga pengalaman menonton film horor.
"Tentunya berdasarkan pengamatan dan perasaan saya, tapi karena saya bukan ahli agama, jadi ya sepemahaman saya atau hasil tanya ustaz saya saja," kata dia.
Baginya, menulis merupakan ajang introspeksi dan kontemplasi, apalagi saat Ramadan, sehingga sedikit banyak akan dikaitkan dengan agama.
Menurutnya, menulis menjadi tantangan sekaligus latihan. Suami Seruni Purnamasari itu mengaku telah tiga tahun memendam keinginan untuk menulis. "Namun, sampai hari ini belum terealisasi sedikit pun. Semoga setelah menulis sebulan ini saya bisa terpacu untuk menulis buku saya sendiri," kata dia kepada Media Indonesia.
Dia justru berterima kasih ada yang mau memaksanya untuk menulis secara rutin sebanyak lebih dari 30 artikel. "Karena ada kalanya untuk menjadi lebih baik memang harus dipaksa, kan?" tanyanya.
Dengan berbagai kesibukannya, ia harus melonggarkan waktu untuk menulis. Namun, sebagai kolumnis baru, dia menuturkan hal yang paling diperlukan ialah ide. Dia terbiasa menulis ide-ide yang bermunculan di mana saja, seperti ponsel, kertas, dan tisu, agar tidak segera menguap.
Meski demikian, pemain Extravaganza itu membutuhkan ketenangan saat menulis. "Saya bisa menulis kapan saja dan di mana saja selama tidak ada yang mengganggu. Cukup beri saya laptop, koneksi internet, rokok, minum, dan musik. Namun, paling banyak saya menulis itu dilakukan di rumah, ketika malam saat rumah sudah sepi. Di luar rumah terlalu banyak distraksi," tutur ayah dua anak itu.
Lebih sulit
Penggemar musik itu mengisahkan perbedaan mencari ide saat menjadi penyiar dan penulis. "Menurut saya, lebih sulit menjadi penulis karena butuh kata yang tepat sekaligus indah untuk menyampaikan sebuah pesan. Tulisan akan terdokumentasi karena tercetak," kata dia.
Penyuka kopi hitam itu kemudian menambahkan karya penyiar ialah audio. Orang mendengarkannya sambil melakukan kegiatan lain. Karena sifat radio audible, karya itu tidak terdokumentasi. "Ide penulis bisa lebih timeless, sementara penyiar ide materinya biasanya bersifat current issue," tekannya.
Lulusan Universitas Padjadjaran itu mengakui ia lebih lucu jika sedang berbicara, sedangkan saat menulis, ia akan terkesan serius. Dia pun siap jika nanti pembaca Celoteh hanya akan sampai pada tahap tersenyum. "Karena lucu saya bukan jenis lucu yang pasaran di Indonesia. Saya menyajikan lucu yang satire, dark comedy, dan sarkas. Dari situ tidak semua menganggap tulisan saya lucu kan?"
Setidaknya, dia berharap apa yang ditulisnya bisa menjadi bahan pemikiran dan bisa ‘mencubit’ pembaca. "Semoga yang tersindir jadi memperbaiki sikapnya, yang lupa jadi diingatkan, yang belum jadi mau melakukannya," tutup dia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved