Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Perluas Cakrawala Bermusik

Dzulfikri Putra Malawi
28/2/2016 00:00
Perluas Cakrawala Bermusik
(Mi/Atet Dwi P)

ALBUM keempat Endah N Rhesa (EAR) bertajuk Seluas Harapan dirilis September tahun lalu. Itu tetap mempertahankan tampilan romantisme di atas panggung yang mengimplementasikan kehidupan sehari-hari mereka. Berbeda dengan album-album sebelumnya, kini bahasa Indonesia menjadi lirik sembilan lagu yang dikumpulkan dalam rentang waktu 2008-2015.

Karya-karya tersebut merupakan hasil dari proyek lepas mereka, seperti untuk kebutuhan iklan, soundtrack film, dan karya kolaborasi. “Album Seluas Harapan, menurut kami, selain mempresentasikan keaktualitasan kami yang belum merilis album sejak 2013, juga menjadi sarana dokumentasi,” papar Endah Widiastuti (vokalis, gitaris) saat berkunjung ke Media Indonesia, Selasa (23/2).

Duo yang juga pasangan suami istri itu memiliki kepedulian terhadap pengarsip an karya. Bagi Rhesa, kelalaian musikus selama ini ialah tidak mengarsipkan karya mereka sehingga data rekaman kerap terlupakan. Jalan keluar yang paling efektif, lanjutnya, antara lain dengan menyebarluaskan karya-karya yang disimpan itu dalam rangkuman album yang bisa dikonsepkan.

“Paling tidak dengan dialbumkan, sudah disebarluaskan. Makanya sampul album baru ini gambar gudang. Maksudnya agar barang yang ada ‘di gudang’ ini bisa dipakai. Jadi konsepnya mencari barang di gudang dan kita kumpulkan jadi satu lalu dikeluarkan dengan konsep album selanjutnya,” ujar Rhesa Aditya (basis).

Senada dengan Rhesa, bagi Endah album Seluas Harapan menjadi jembatan untuk album trilogi berikutnya. Menurutnya, dengan sebuah album yang terkonsep, mereka menemukan tantangan dan pembuktian komitmen. “Ketika kami berkarya dan menciptakan lagu selalu ada kegembiraan, asal ada konsep yang memberikan gambaran kami akan seperti apa. Album trilogi juga memancing kami untuk bereksplorasi. Tokohnya tetap Shen Harden yang akan bertualang di kehidupan berikutnya,” jelas Endah. Mulai album pertama hingga ketiga, duo jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu memang kerap memunculkan tokoh imajiner bernama Shane Harden yang diciptakan Rhesa.

Hal menarik lainnya, di album Seluas Harapan itu ada vokal Endah yang direkam pada 2008, judulnya Kuingin Kembali. “Vokalnya tetap dipakai karena emosinya tidak bisa digantikan, tapi aransemennya saya ganti. Ternyata kami jadi tahu perkembangan kami seperti apa karena referensi saat itu yang berbeda,” terang Rhesa.


Perluas pendengar

Soal penggunaan lirik berbahasa Indonesia, Endah dan Rhesa mengaku ingin memperluas pendengar. Ia juga merasa eksplorasi emosi, pemilihan kata, dan bunyi menjadi sangat penting untuk membuat lirik bahasa Indonesia. Bila melihat pengalaman album Nowhere to Go (2009), lagu-lagu mereka tidak dapat masuk chart musik Indonesia karena berbahasa Inggris. Kesulitan semakin terasa sejak album ketiga Escape (2013) dengan musikalisasi yang dirasa semakin berat. Hanya segelintir stasiun radio yang mampu mengapresiasi dengan program musik independen.

“Sekarang jadi bisa masuk chart Indonesia. Dulu lagu kami hanya masih dalam chart lagu indie di beberapa radio. Akhirnya kami berpikir, ternyata karyanya sendiri yang akan membawa kami ke mana (segmen/pasar). Jadi kami membiarkan ini bergulir dengan sendirinya,” lanjut Endah.

Walaupun sempat dibatasi saluran media dan memakai lirik berbahasa Inggris, Endah N Rhesa terbilang sukses dengan produktivitas album maupun karya lepas, serta kolaborasi mereka dengan musisi lain. Meski, kata mereka, hal itu merupakan keberuntungan semata. “Kami tidak pernah berekspektasi. Pada album pertama, kami hanya punya modal untuk mencetak 1.000 keping CD dan itu pun Jawa-Bali. Ternyata permintaan terus datang sampai sekarang. Akhirnya karyanya meluas sendiri,” ujar Rhesa.

Keberhasilan mereka tak sebatas soal lirik berbahasa Inggris, tapi juga membuat banyak proyek kolaborasi. Misalnya saja minggu depan, berbarengan dengan pementasan mereka di Java Jazz Festival 2016 pada 6 Maret mendatang, mereka akan merilis videoklip di Youtube dan sebuah minialbum bersama Dialog Dini Hari.

Proyek kolaborasi itu berisi dua lagu orisinal baru yang mereka ciptakan masing-masing, semua diaransemen bersama di Bali. Itu ditambah dua lagu saling kover di antara mereka. Lantas seperti apa duo itu bernyanyi menggunakan bahasa Indonesia serta bagaimana kisah mereka dalam membangun EAR House? Temukan jawabannya dalam wawancara eksklusif bersama Kotak Musik. Unduh aplikasi Media Indonesia sekarang juga di IOS dan Android Anda. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya