Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
Dia mulai menyanyikan Sewu Kutho, lagu yang dilantunkan Didi Kempot sejak duduk di bangku TK. Lama berselang, mereka berjodoh, bertemu, berkolaborasi, dan menghasilkan karya.
MELALUI tangan dingin Erix Soekamti, personel Endank Soekamti, penyanyi Yogyakarta Nufi Wardhana, 23, dan manajemen Lord of Broken Heart Didi Kempot bertemu di Yogyakarta. Nufi yang sedianya akan merilis single, justru ditantang untuk membuat lirik berbahasa Indonesia lagu-lagu Didi Kempot yang berbahasa Jawa. "Dulu saya datang kepada Erix karena ingin diproduseri membuat single dan repackage lagunya Endank Soekamti, ternyata ditolak. Malah muncul ide untuk membahasaindonesiakan lagu Didi Kempot, supaya ambyarnya menasional," kata Nufi saat dihubungi Media Indonesia, Selasa (3/9).
Nufi sendiri mengaku dirinya mendapat label sad girl justru dari orang-orang yang sering menyaksikan pertunjukannya. "Mereka bilang, saya cah (bocah) cinta banget, anak romantis, jadi memang ketika saya membawakan lagu ada puisinya dulu, kata-katanya romantis. Jadi saat membawakan lagunya Didi Kempot, mereka merasa pas, jadi ya boleh saja saya dibilang sad girl," ucapnya sambil tertawa. Sad girl ialah barisan fans Didi Kempot yang juga dikenal dengan sebutan Sobat Ambyar.
Perempuan yang gemar bersepeda bersama sang ayah itu juga sering menyanyikan Layang Kangen dalam Bahasa Jawa jauh sebelum bertemu Didi Kempot. "Nah saat kemudian dikirim rekaman contoh, langsung didukung, malah diminta membuat album, 13 lagu sekaligus. Memang nantinya akan banyak kejutan, kami sudah siapkan beberapa lagu sambil menimbang respons publik," ujarnya.
Nufi yang pernah mengenyam pendidikan di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Yogyakarta semakin dekat dengan Didi Kempot. Dia bercerita untuk membahasakan Indonesia sering kesulitan sehingga perlu konsultasi, inilah yang membuat mereka menyempatkan untuk bertemu. "Kadang banyak diksi yang sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia, harus dengan persetujuan beliau. Memang lagunya kan memang sulit, coba seperti ora maido, itu apa padanannya? Ada tapi tidak cocok dengan bahasa lagu, kemudian rimanya enggak pas, jadi harus bertanya. Akhirnya diganti diksi baru tanpa mengubah makna. Atau di Layang Kangen itu ada kata 'umpama tanganku dadi swiwi' (seandainya tanganku menjadi sayap), ini diganti menjadi andai raga ini bisa terbang, ya Mas Didi langsung setuju," jelasnya. Dia menambahkan untuk menyelesaikan permasalahan ini, jika tidak bisa menemukan padanan kata, dicarilah artinya per kalimat.
Perempuan lajang dengan model rambut skinhead ini sebenarnya merupakan generasi saat band Peterpan melejit. "Harusnya terterpa mereka, tapi meskipun demikian, Sewu Kutho itu selalu saya nyanyikan saat karaoke di rumah hingga ke panggung-panggung pertunjukan. Ini lagu wajib yang sekarang malah jadi sesuatu. Dipercaya Didi Kempot untuk mentranslasi lagu-lagunya."
Pasar galau
Berkolaborasi Nufi dengan Erix dan Didi Kempot rupanya tidak hanya ingin memperluas pasar galau. Mereka membawa misi serius mengedukasi musisi cover. "Didi Kempot pernah bikin statement, kecewa pada yang meng-cover lagunya tanpa izin, dan istilahnya pencipta nggak dapat apa-apa, padahal hak ciptanya sudah diatur," katanya.
Dari sinilah mereka bertiga kemudian menginisiasi sekaligus memberi contoh. "Gerakan kami ini ingin musisi cover mau meminta izin dan juga membagi hasil pada yang punya lagu. Karena yang selama ini terjadi kan hanya memperkaya diri sendiri saja. Proyek ini memang recycle, jelas saya izin, jelas ada sharing profit-nya juga. Bahkan meski performing rights belum jalan, saya dan Erix sudah menjalankannya. Ada bagian untuk Didi Kempot saat saya membawakan Layang Kangen dan lain-lain di panggung. Ini adalah bentuk apresiasi," tuturnya.
Nufi yang juga certified trainer ini rupanya sangat nyaman berpenampilan tomboy dan nyentrik. Dia bercerita, untuk keperluan manggung, dia tidak membutuhkan bedak, lipstik, atau gambaran alis. "Ini adalah penampilan saya yang seadanya. Inilah momentum saya melepas topeng yang saya pakai. Saya tidak perlu tampil cantik sesuai keinginan orang lain. Kini, ini saya apa adanya. Saya memutuskan tampil begini biar orang mencintai saya dengan sederhana."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved