Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Khofifah Indar Parawansa Menangkis Serangan Hoaks

Dero Iqbal Mahendra
28/1/2019 04:45
Khofifah Indar Parawansa Menangkis Serangan Hoaks
(ANTARA FOTO/Moch Asim)

BERITA bohong alias hoaks menjadi salah satu masalah pelik yang terjadi di Indonesia. Sering kali, jumlah dan ragam hoaks semakin meningkat saat kontestasi di dunia politik. Seperti yang pernah dialami Gubernur Terpilih Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat pemilihan gubernur beberapa waktu lalu.

"Wah, saya sudah (banyak) menjadi korban hoaks kemarin ketika pilgub," ujar Khofifah kepada Media Indonesia, Jumat (25/1).

Ia kemudian menceritakan ada satu hoaks yang membekas di ingatannya, yakni hoaks yang menceritakan pengakuan seseorang yang mengaku sebagai istri lain dari almarhum suaminya di suatu blog. Tulisan itu kemudian diketahui anaknya yang sedang kuliah di luar negeri. Tentu saja sang anak menjadi risau.

"Blog itu testimoni dari seorang perempuan yang (mengaku) menjadi istri kedua suami saya yang saat itu sudah almarhum. Sedih enggak (perasaan anak saya)? Anak saya sampai menelepon menanyakan hal itu," tutur perempuan berusia 53 tahun itu.

Ia pun berusaha menenangkan anaknya dan menjelaskan situasi yang dialaminya. "(Saya bilang) anakku, tenang. Tidak akan terjadi seperti ini, nak. Hari ini ibumu sedang berkompetisi (di pilgub), jadi anakku harus sabar," jelas Khofifah saat itu.

Setelah itu, walau nada suara anaknya lebih tenang, ia tetap mencari penegasan dari ibunya. "Enggak begitu kan bu?" tanyanya memastikan.

"Begini nak, siapa pun yang betul diperistri oleh bapakmu, seluruh harta yang kita punya (silakan) ambil. Ibu yakin nak, meski agama Islam memperbolehkan (poligami), tetapi bapakmu tidak seperti itu," tegas Khofifah yang akhirnya bisa meredam kegelisahan anaknya.

Berkaca dari pengalamannya, Khofifah menilai hoaks sangatlah berbahaya. Yang dia khawatirkan, hoaks bakal menimbulkan disintegrasi nasional. Oleh sebab itu, bertepatan dengan perayaan hari lahir ke-73 Muslimat NU, kemarin, pihaknya sekaligus mendeklarasikan laskar antihoaks dan ujaran kebencian.

"Jadi, para ustazah Muslimat NU, saat di majelis taklim selain memberi materi pengajian ada tambahan, yakni hindari suuzan. Setelah itu, hindari prasangka buruk, fitnah, ujaran kebencian, dan hoaks," katanya.

Harus diklarifikasi
Khofifah menambahkan, serangan berita bohong  bukan sekali atau dua kali menimpanya, melainkan sampai ratusan kali. Dalam mengatasinya, sambung mantan menteri sosial itu, banyak hoaks yang memang harus dia klarifikasi, khususnya untuk hoaks yang menyangkut hal-hal prinsipiel.

"Menurut saya, untuk menghadapi hoaks itu memang harus dijawab dan jangan dibiarkan meluas. Jangan sampai, yang salah seolah-olah menjadi suatu yang benar," tuturnya.

Adapun untuk hoaks yang menurutnya remeh-temeh, dia memilih membiarkan karena jika ditanggapi akan menghabiskan energinya. Ia pun mensyukuri dirinya termasuk merupakan orang yang dipercaya banyak masyarakat. Bahkan, tak jarang masyarakat membantu meluruskan kabar bohong itu. "Oleh sebab itu, kepercayaan menjadi suatu hal yang sangat penting," pungkasnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya